SUMBARKITA.ID — Arief Poyuono tidak lagi menduduki jabatan sebagai wakil ketua umum Partai Gerindra. Kini, Arief memimpin Lembaga Pemantau Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (LPPC19-PEN).
Selaku ketua umum LPPC19-PEN, Arief Poyuono langsung mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Kali ini, berkaitan dengan resesi ekonomi yang bakal dialami Indonesia di tengah masa pandemi Covid-19. Awalnya, Arief merespons pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memastikan ekonomi nasional mengalami resesi pada Kuartal III-2020.
Arief menjelaskan, berdasar pendapat para ekonom kondisi tersebut berdampak pada pelemahan daya beli masyarakat hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
Namun, Arief meyakini bahwa resesi ini sepertinya tidak akan memberikan dampak yang buruk bagi perekonomian Indonesia.Menurutnya, hal ini karena pada Kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi yang merosot -5,32 persen diprediksi bertumbuh di kisaran -2,7 persen pada Kuartal III-2020.
Arief menyatakan kondisi ini berbeda dengan kebanyakan negara berkembang lainnya yang justru menunjukkan pertumbuhan ekonomi terus menurun.
“Apalagi kegiatan ekonomi di bawah tanah Indonesia jauh lebih besar skalanya persentasenya dengan kegiatan ekonomi yang tercatat dan menggunakan transaksi lalu lintas di perbankan,” kata Arief dalam siaran pers yang diterima, Rabu (23/9).
Arief menambahkan berdasar pantuaan LPPC19-PEN, prediksi peningkatan pertumbuhan ekonomi dari Kuartal II-2020 -5,32 persen menjadi kisaran -2 persen hingga -2,7 persen di Kuartal III-2020 membuktikan bahwa program yang dilakukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC19-PEN) sudah berjalan on the track.
Ia mencontohkan seperti Program Kartu Pra-Kerja yang sudah masuk gelombang 9, bantuan langsung tunai (BLT) pada buruh yang berpenghasilan UMR, bantuan kredit dan restrukturisasi pinjaman pada sektor UMKM, dan bansos yang terus berjalan.
“Serta di sisi penanganan Covid-19 juga menunjukkan angka kesembuhan pasien Covid-19 yang terus meningkat serta fasilitas penanganan pasien Covid-19 yang makin bertambah,” klaim Arief.
Namun, Arief mengatakan, akibat keteledoran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang melakukan pembiaran dan terkesan menyepelekan penyebaran Covid-19 saat memasuki new normal di ibu kota, menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang terdampak verus corona jenis baru itu.
Menurut Arief, keteledoran Pemprov DKI Jakarta salah satunya adalah dengan segera mengizinkan car free day. Kemudian, kata dia, tidak melakukan kontrol penerapan protokol kesehatan yang ketat dengan melibatkan aparat keamanan terhadap masyarakat yang melakukan aktivitas di restoran-restoran, pusat pembelanjaan.
“Serta mengizinkan aksi-aksi demonstrasi di Jakarta yang sudah tidak mengindahkan protokol kesehatan lagi,” katanya.
Arief mengatakan hal tersebut memberikan dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di Kuartal III-2020 nanti. “Yang seharusnya dengan program-program Komite PC19-PEN pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh ke arah positif, malah menjadi ke angka -2 persen sampai -2, 7 persen,” ujar Arief.
Dia juga menyoroti pesimistisnya para ekonom bermazab kapitalis dan kelompok yang tidak suka dengan program Presiden Jokowi dalam menangani Covid-19, hanya melihat efek jangka pendek dari resesi seperti PHK, daya beli masyarakat yang menurun, bangkrutnya sektor usaha.
“Mereka lupa untuk melihat efek positifnya dalam jangka panjang,” tegas Arief.
Ia menegaskan, selama resesi ada peluang investasi baru dan inovasi yang akan menguntungkan perekonomian nasional yang lebih sehat dan terarah.
“Serta muncul inovasi bisnis baru yang sehat dan akan menyediakan lapangan kerja untuk masa depan,” kata Arief Poyuono, dilansir jpnn. (ag/sk)