SUMBARKITA.ID — Para astronom memperingatkan akan adanya potensi badai Matahari pada 28 November 2021. Hal ini berdasarkan gambar yang ditangkap oleh pesawat luar angkasa NASA bernama STEREO-A serta Solar And Heliospheric Observatory (SOHO).
Berdasarkan Space Weather Prediction Center (SWPC), corona mass ejection (CME) atau badai yang diikuti semburan materi dapat mencapai Bumi dengan kecepatan 250 km per detik hingga 3.000 km per detik. CME juga dapat memicu badai geomagnetik langsung ketika kontak dengan Bumi.
“Badai geometrik adalah gangguan besar pada magnetosfer Bumi yang terjadi ketika ada pertukaran energi yang sangat efisien dari angin Matahari ke lingkungan luar angkasa di sekitar Bumi,” tulis astronom di SpaceWeather.com seperti dikutip dari Daily Express, Jumat (26/11/2021).
“Badai-badai ini dihasilkan dari variasi angin Matahari yang menghasilkan perubahan besar dalam arus, plasma, dan medan magnetosfer Bumi. Ini bukan pertama kalinya aktivitas liar Matahari tertangkap badan antariksa itu.”
Ada kekhawatiran CME akan mendorong badai geomagnetik di Bumi. Jika terjadi akan menyebabkan kekacauan di bawahnya. Badai dengan intensitas rendah dapat masalah pada operasi satelit dan fluktuasi jaringan listrik. Badai Matahari yang lebih kuat bisa berdampak pada pemadaman listrik dan gangguan besar pada jaringan komunikasi.
Salah satu bentuk badai Matahari dengan intensitas tinggi terekam pada 1859. Ketika itu jaringan telepon terbakar dan cahaya utara terlihat sejauh Karibia.
Badai Matahari dengan intensitas rendah dapat disertai aurora yang luar biasa, berupa pancaran cahaya yang menyala-nyala yang terlihat di langit. Untungnya aktivitas matahari sangat rendah selama 24 jam terakhir. (cnn)