SUMBARKITA.ID — Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengumumkan tingkat gas pemanasan iklim di atmosfer mencapai rekor tertingginya pada 2020 lalu. Hal ini terjadi kendati pada 2020 lalu terjadi lockdown besar-besaran di seluruh dunia akibat penyebaran virus Covid-19.
Melansir The Guardian, dalam laporan WMO tersebut disampaikan bahwa konsentrasi karbon dioksida saat ini mencapai 50% lebih tinggi dibanding saat sebelum Revolusi Industri akibat pembakaran massal bahan bakar fosil. Sedangkan konsentrasi metana telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1750.
Semua komponen gas rumah kaca disebut meningkat lebih cepat pada tahun 2020 daripada rata-rata untuk dekade sebelumnya dan tren ini berlanjut pada 2021.
Data menunjukkan krisis iklim terus memburuk dan mengirim pesan ‘keras’ ke negara-negara yang bertemu di KTT iklim COP26 di Glasgow pekan lalu.
Kepala WMO Prof Petteri Taalas menyebut kondisi ini telah jauh dari jalur yang ditetapkan. Dia mengharapkan dengan adanya perhelatan ini akan terjadi peningkatan dramatis dalam komitmen negara-negara dunia berkaitan dengan iklim ini.
“Pada tingkat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca saat ini, kita akan melihat peningkatan suhu pada akhir abad ini jauh melebihi target Perjanjian Paris 1,5° C [celcius] hingga 2°C. [Meningkatnya tingkat GRK] memiliki dampak negatif yang besar bagi kehidupan dan kesejahteraan kita sehari-hari, dan untuk masa depan anak dan cucu kita,” kata Taalas, dikutip Minggu (7/11/2021).
“Kita perlu mengubah komitmen kita menjadi tindakan yang akan berdampak pada gas rumah kaca. Kita perlu meninjau kembali sistem industri, energi dan transportasi dan seluruh cara hidup kita, perubahan yang diperlukan dapat terjangkau secara ekonomi dan memungkinkan secara teknis. Tidak ada waktu untuk kalah,” ungkapnya.
Menurut dia, para negosiator di KTT harus memberikan tindakan untuk mempertahankan komitmen mengakhiri emisi gas rumah kaca pada 2050 mendatang.