Oleh: Rino Yuma Hendra
Pesta demokrasi lima tahunan Pemilu Presiden, Pemilihan Legislatif dan Pilkada Serentak 2024 baru saja berlalu. Meski telah mereda, keriuhan para pendukung di media sosial tetap ada. Apalagi jejak digital kreator konten yang terlibat kampanye belum sepenuhnya sirna.
Sudah jamak terjadi partai politik atau pasangan calon (paslon) menggandeng kreator konten untuk kampanye. Ini relevan dengan kondisi kekinian dimana pengaruh media sosial di Indonesia sangat besar. Goodstats merilis pengguna internet di Indonesia mencapai angka 78,32% pada tahun 2024.
Partai politik memanfaatkan kreator konten salah satunya menyasar generasi muda yang aktif di media sosial. Semakin besar pengikut dari kreator konten yang digandeng, maka semakin besar peluang pesan politik terdistribusi. Peran kreator konten berpengikut besar ini semakin signifikan mengangkat elektabilitas kandidat jika ia turun langsung ke tengah pemilih.
Namun perlu diingat, peran kreator konten tak melulu positif, terkadang ada sisi negatif yang muncul. Distribusi informasi yang tidak terverifikasi yang hanya terfokus pada hiburan atau keuntungan pribadi dari pada informasi yang objektif bisa menuai pro kontra opini publik. Terkadang ini membuat ujaran kebencian berseliweran di media sosial.
Selain itu, konten yang dihasilkan berpotensi menciptakan ketegangan sosial. Pesan yang tidak realistis dalam sebuah konten bahkan bisa memicu misinformasi dan disinformasi.
Tak hanya itu, konten viral yang dipengaruhi oleh algoritma sebuah platform dapat memperburuk polarisasi. Tentu ini akan mempengaruhi situasi sosial dan politik karena akan memperlemah persatuan.
Menggandeng konten kreator untuk urusan politik seperti kampanye sah-sah saja. Meski demikian, pengguna media sosial juga mesti cerdas memilah informasi. Jangan hanya karena satu narasi kita menjadi terpengaruh lantas ‘baku hamtam’ di media sosial. Penting untuk selalu verifikasi data secara mandiri.
Tahun politik telah berlalu, saatnya kembali bersatu.
Rino Yuma Hendra
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syekch M. Djamil Djambek Bukittinggi