4. Jumlah Kamar
Tak jarang, kita melihat Rumah Gadang dengan banyak kamar di dalamnya. Ternyata, ini merupakan aturan yang sudah turun-temurun dilakukan. Jumlah kamar di dalam Rumah Gadang mengikuti jumlah perempuan yang sudah menikah yang ada di rumah tersebut, dan biasanya ada satu kamar tambahan di bagian belakang yang dikhususkan untuk orang tua atau anak gadis.
Sementara itu, laki-laki biasanya tidur di luar rumah (masjid atau musholla), dan jika sudah dewasa, mereka akan cenderung merantau.
5. Tiang Rumah Gadang
Tiang Rumah Gadang biasanya ditopang oleh batu datar yang kuat dan lebar, yang membuat rumah bisa bergerak mengikuti guncangan gempa sehingga bisa tahan terhadap bencana.
Sementara itu, kayu pohon Juha yang digunakan sebagai tiang akan direndam di dalam kolam selama bertahun-tahun terlebih dulu sebelum dipakai, tujuannya agar tiangnya sangat kokoh dan tahan lama.
6. Ukiran di Rumah Gadang
Jika diperhatikan, hampir di sisi Rumah Gadang dipenuhi ukiran ukiran yang indah. Semua ukiran-ukiran yang ada ini mengambil inspirasi dari alam seperti tumbuhan dan hewan.
Beberapa jenis ukiran yang biasanya ditemukan adalah Kalua Paku, Pucuk Rabuang, Batang Sikambang, dan lainnya. Ukiran-ukiran ini semakin menegaskan nilai estetika sekaligus filosofi yang mendalam dari Rumah Gadang.
7. Dibangun Tanpa Paku
Jika biasanya bangunan rumah dibangun menggunakan paku, maka berbeda dengan Rumah Gadang yang tidak menggunakan paku sama sekali dalam proses pembangunannya. Sebagai gantinya, sambungan kayu menggunakan alat yang disebut pasak kayu.
Sambungan ini memungkinkan rumah tetap kokoh meski terjadi gempa sekalipun, karena bagian-bagian kayu dapat bergoyang tanpa khawatir akan lepas.