SUMBARKITA.ID — Puncak Tabuik Piaman bakal digelar pada 30 Juli 2023. Pesta rakyat tersebut menjadi magnet yang mampu mendatangkan ratusan ribu pengunjung.
Kendatipun demikian, ada satu catatan masa lampau yang patut diketahui tentang sebuah insiden.
Konon kabarnya, pada pertengahan tahun 1944 pernah terjadi peristiwa berdarah di Simpang Tugu Tabuik, Kota Pariaman, yang dikenal dengan insiden “Kansas”.
Kansas sendiri berarti Kanso terbuat dari seng tebal jenis logam.
Pada saat itu Kanso pernah digunakan untuk merenggut nyawa di Simpang Tabuik itu.
Salah satu Tuo Tabuik Subarang yang sekaligus seorang jurnalis senior bernama Nasrun Jon bercerita tentang peristiwa kelam di kawasan yang sekarang dikenal dengan Tugu Tabuik.
“Peristiwa itu terjadi sebelum penjajah Jepang hengkang dari bumi Pariaman (Piaman). Tepatnya di Simpang Kampuang Cino atau Simpang Tabuik sekarang ini beberapa orang Tionghoa dieksekusi. Mayatnya dipertontonkan di simpang itu,” ungkap Nasrun Jon Tuo Tabuik Subarang.
Lebih lanjut diceritakan alasan eksekusi yang dilakukan oleh pribumi terhadap tiga orang keturunan Tionghoa (China) itu.
“Berawal dari tertangkapnya beberapa orang pejuang pribumi oleh tentara Jepang. Pejuang ini ditangkap di beberapa tempat persembunyian yang diyakini tidak bakal diketahui oleh tentara Jepang,” ungkapnya.
Pada saat itu, lanjutnya, pejuang pribumi merasa curiga lantaran tempat persembunyian yang tidak bakal ditembus tentara Jepang begitu mudah diketahui.
“Kala itu, beberapa pejuang kita ditangkap satu persatu. Mereka yang ditangkap dieksekusi oleh penjajah Jepang,” sebut Nasrun Jon.
Karena situasi canggung itu, para pejuang Piaman yang belum tertangkap mengatur strategi dan taktik.
Mereka berupaya memecahkan rahasia sebab bocornya tempat persembunyian tersebut.
“Nah oleh pejuang kita, dijadikanlah anak-anak sebagai mata-mata. Mereka disuruh bermain ditempat-tempat tentara Jepang singgah, seperti kedai yang sering dijadikan tempat istirahat oleh tentara Jepang,” ulas Nasrun Jon.
Kemudian singkat cerita, kata Nasrun Jon, diketahuilah bahwa ada orang China yang selama ini menjadi mata-mata Jepang.
“Mereka ini (China) yang menjadi mata-mata Jepang itu, merupakan pelanggan tetap kedai,” jelas Nasrun Jon.
Jadi, disinyalir berdasarkan informasi merekalah Jepang mengetahui persembunyian pejuang pribumi.
“Mata-mata Jepang itu ditangkap satu persatu. Kalau tidak salah jumlah mereka ada bertiga,” terang narasumber yang kerap disapa Pak Jon itu.
Saat diinterogasi oleh pejuang pribumi, ulas Pak Jon, mereka (mata-mata Jepang) mengakui bahwa selama ini memang merekalah dalang di balik terkuaknya tempat persembunyian pejuang Piaman.
“Malam itu juga mereka dieksekusi. Mereka digorok menggunakan Kanso. Menjelang subuh, jasad mereka diletakan di Tugu Tabuik, dipertontonkan,” sebut Nasrun Jon.
Usai tragedi Kanso tersebut, keturunan Tionghoa di Piaman tak mau dihantui ketakutan.
“Mereka (Tionghoa di Pariaman) meninggalkan Nagari Piaman. Mereka menuju beberapa daerah. Yang jelas semua warga Tionghoa di Piaman kala itu hengkang juga dari Nagari Tabuik,” jelas Nasrun Jon.
Begitulah penuturan narasumber yang Sumbarkita peroleh. Peristiwa tersebut sangat dikenal oleh warga Piaman dengan nama “Insiden Kanso Simpang Tabuik”.