Sadri juga menilai bahwa karakter politik warga Pariaman sukar ditebak.
“Susah ditebak itu maksudnya bukan bentuk kemunafikan, tetapi merupakan bentuk sifat independen. Pemilihnya kritis dan skeptis,” ujar Sadri.
Saat ini, lanjut Sadri, gejolak politik Pilkada di Pariaman sedang berkembang isu saling tuding dan fitnah.
“Mengungkapkan hal negatif dari lawan politik dengan fakta itu sah-sah saja agar warga tidak seperti memilih kucing dalam karung,” ungkapnya.
Namun demikian, warga Pariaman juga tidak lepas dari politik uang. Bahkan, kata Sadri, warga Tabuik itu telah disandera oleh politik uang.
“Sampai saat ini, belum ada paslon yang menang tanpa politik uang,” ujarnya lagi.
Tetapi di tengah gejolak politik yang tinggi, Sadri menuturkan gejolak tersebut merupakan proses dari berdemokrasi.
“Ini merupakan proses kedewasaan kita dalam berdemokrasi, tetap kita junjung Pilkada Badunsanak. Selain itu, perpolitikan di Pariaman bak bertabuik, perselisihan memanglah hal yang tidak dapat dihindari, namun warganya dapat kembali rukun jika semuanya telah usai. Bak Tabuik di buang ke laut, semuanya akan berlalu” pungkasnya.