Oleh: Shilva Lioni
Ketika kita berkomunikasi tentu kita mempunyai sebuah tujuan, pesan, dan maksud. Dalam meyampaikan sebuah pesan dan maksud tersebut, setiap kita akan melewati proses dan step-step tertentu yang mana kehadirannya dihimpun guna mencapai goal atau tujuan kita, seperti mulai dari mengawali dengan mengenalkan nama, identititas, dan siapa kita sehingga terlihat kredibel dan mumpuni di mata pendengar, menyampaikan gambaran maksud dan tujuan terlebih dahulu dengan bahasa yang menarik, sebelum selanjutnya kita melangkah lebih jauh seperti menyampaikan secara detail mengenai rencana kita hingga bahkan menyimpulkan pertemuan yang kita lakukan. Layaknya hubungan komunikasi antar manusia, pada dasarnya struktur teks memiliki kesamaan dalam menggambarkan bagaimana sebuah komunikasi terbangun dan dihimpun.
Sebagaimana yang kita ketahui, sebuah teks pada dasarnya terdiri dari struktur dasar dan universal yakni diawali oleh pendahuluan atau introduction, dilanjutkan dengan isi atau body, dan di akhiri dengan penutup atau conclusion. Pada bagian pendahuluan, seorang penulis biasanya memuat tentang pengenalan terkait tujuan dan topik bahasan. Pada bagian ini juga biasanya disampaikan latar belakang dan alasan kenapa penulis memilih untuk membahas dan mendiskusikan sebuah topik lebih lanjut. Biasanya penulis tidak akan menyampaikan secara gamblang mengenai topik yang akan dibahas dan didiskusikan di bagian pendahuluan. Diibaratkan sebuah presentase, kemungkinan pada bagian ini penulis mungkin hanya akan memberikan gambaran sekitar 20-30% mengenai topik diskusi. Sementara itu pada bagian isi, biasanya seorang penulis akan menjabarkan maksud dan topik bahasan secara rinci. Tidak sedikit bahkan berbagai ilustrasi juga turut diberikan untuk membantu penulis agar pesan yang disampaikannya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh pembaca. Pada bagian ini biasanya 60-70% mengenai pembahasan terkait topik diskusi akan disampaikan. Selanjutnya dan yang terakhir yakni bagian penutup. Pada bagian penutup, kesimpulan mengenai topik, apa yang menjadi bahasan, serta harapan dan keinginan melalui bahasan yang dilakukan akan disampaikan. Pada bagian ini penulis akan merangkum kembali poin-poin yang sudah disampaikan sebelumnya, menggaris-bawahi informasi-informasi kunci untuk menghindari segala bentuk kesalah-pahaman.
Layaknya struktur teks, sebuah hubungan komunikasi atau pembicaraan pada dasarnya memiliki pola dan struktur yang serupa dengan sebuah teks yakni diawali dengan pendahuluan, lanjut ke isi, dan di akhiri dengan penutup. Sebelum menyampaikan maksud pembicaraannya, seseorang penutur tentu akan membuka pembicaraan terlabih dahulu dan hal ini merupakan sebuah keniscayaan. Disamping elemen struktur, sebagai sebuah bentuk komunikasi, baik itu pembicaraan maupun teks, memiliki banyak kesamaan lainnya diantaranya yakni seperti sama-sama memiliki tujuan atau goal yang ingin dicapai dimana berbagai elemen kemudian sama-sama dihimpun dan disusun di berbagai lapisan struktur seperti pendahuluan, isi, hingga penutup untuk menjadi langkah-langkah dalam mencapai goal atau tujuan yang dinginkan. Lebih lanjut kita akan fokuskan untuk membahas terkait salah satu jenis teks yang kehadirannya sangat dekat dengan kehidupan kita yakni teks persuasi.
Teks Persuasi
Mengutip dari situs Kemdikbud, yang dimaksud teks persuasi adalah teks yang berisi ajakan, saran, bujukan, imbauan, pengaruh, arahan, perintah atau larangan kepada seseorang untuk melakukan suatu hal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis teks tersebut.
Ketika membahas teks persuasi, ingatan terkait iklan, kampanye, dan promosi jelas akan terbayang di kepala kita bukan? Namun tahukan kita, teks persuasi pada dasarnya dibentuk dan ditujukan untuk dapat memunculkan rasa ketertarikan pada pembaca terhadap apa yang kita sampaikan? Tidak hanya dalam bentuk teks hingga produk iklan saja, persuasi bahkan turut hadir dalam berbagai fenomena kehidupan kita sehari-hari tanpa kita sadari.
Sebuah komunikasi pada dasarnya tercipta dengan satu maksud tujuan dan tentu sudah menjadi harapan baik itu bagi si penulis maupun si pembicara jika kemudian segala macam bentuk tuturan bahasa, susunan kata, dan kalimat disusun untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Setiap melakukan komunikasi baik itu dalam bentuk tulis maupun langsung, polanya akan tetap sama yakni memunculkan ketertarikan pada pembaca atau pendengar terkait apa yang ingin kita sampaikan. Tidak mungkin seseorang berbicara dan menulis tanpa mengharapkan seseorang untuk tertarik dengan apa yang ia sampaikan bukan? Hal inilah yang sebenarnya merupakan nilai dan pengertian dasar dari persuasi itu sendiri. Jadi tidak hanya muncul pada teks persuasi seperti iklan, persuasi merupakan hal dasar yang kita sering temui yakni tidak hanya pada teks dan konteks tertentu namun hampir di semua lini kehidupan yakni ketika kita melalukan berbagai upaya menarik orang lain untuk mendengarkan dan tertarik dengan apa yang kita sampaikan.
Pada teks persuasi kita bisa menyampaikan keunggulan sebuah hal dan kenapa kehadirannya diperlukan, sementara dalam sebuah komunikasi kita juga turut melakukan hal serupa seperti saat mengundang seseorang untuk menghadiri pesta kita, ketika melamar seseorang, hingga dalam meyakinkan orang lain untuk memilih kita sewaktu melamar pekerjaan. Bahkan pada saat memulai pertemanan pun tanpa kita sadari kita menggunakan dan menghadirkan pesan persuasi agar mampu meyakinkan orang lain untuk kemudian menerima dan berteman dengan kita. Lebih lanjut, pesan persuasif pada dasarnya tidak hanya ditampilkan dalam konteks tertentu saja, namun menyentuh semua lini konteks komunikasi antar manusia baik itu hadir sebagai pendahuluan, isi, maupun penutup. Sebuah komunikasi pada dasarnya hadir untuk memikat dan melahirkan efek bagi pendengarnya baik itu berupa aksi, sikap, maupun pengetahuan bagi orang lain yang mana dalam hal ini merupakan fungsi dari persuasi itu sendiri.*