Sumbarkita – Jika berbicara tentang sejarah Sumatera Barat (Sumbar), maka tidak akan pernah lepas dari yang namanya stasiun. Topografi wilayah Sumbar yang didominasi perbukitan membuat pemerintah Hindia Belanda membangun beberapa stasiun kereta api di sini.
Salah satu stasiun yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda adalah Stasiun Bukittinggi atau yang dikenal juga sebagai Stasiun Fort de Kock. Stasiun ini merupakan stasiun kereta api nonaktif kelas II yang terletak di Tarok Dipo, Guguk Panjang, Bukittinggi.
Stasiun Bukittinggi terletak di ketinggian +920 meter dan termasuk dalam Divisi Regional II Sumatera Barat. Dalam sejarahnya, stasiun ini dibangun bersamaan dengan pembangunan jalur kereta api Padang Panjang–Payakumbuh dan sepaket dengan pembangunan jalur Padang–Sawahlunto.
Berbeda dengan jalur kereta api di Sumatera Barat pada umumnya yang fokus mengangkut baru bara, jalur kereta api ini hanya digunakan untuk mengangkut biji kopi dan tentara dari Benteng Fort de Kock.
Jalur kereta api Fort de Kock ini mulai dibuka pada tanggal 1 November 1891. Dari Bukittinggi, pembangunan dilanjut ke Payakumbuh untuk menjangkau tambang emas yang ada di sana. Jalur ini mulai beroperasi pada tanggal 15 September 1896.
Setelah kemerdekaan, jalur kereta api Bukittinggi-Payakumbuh tetap beroperasi seperti biasa, tapi hanya difokuskan untuk pengangkutan penumpang. Namun karena jalur kereta api yang ekstrem, prasarana dan sarana yang tua, dan persaingan dengan mobil pribadi dan angkutan umum menyebabkan jalur ini terus berkurang operasionalnya.
Puncaknya pada tahun 1986, jalur menuju Bukittinggi ditutup yang menyebabkan perjalanan jalur Padang Panjang-Payakumbuh terpaksa harus berakhir. Setelah ditutup, wilayah sekitar stasiun mulai dibangun pemukiman warga.