SUMBARKITA.ID – Ada hal yang unik dalam pertemuan Teater Mahasiswa se-Kota Padang yang dipusatkan di Medan Nan Balinduang, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas, Minggu (3/7/2022). Pentas yang dimainkan oleh Teater UIN Imam Bonjol Padang lebih menfokuskan posisi perempuan yang kerap kali bertarung dalam bayang dan mitos.
Dengan mengangkat tema “Sisi Puan”, para mahasiswa Teater UIN Imam Bonjol Padang berhasil mengilustrasikan polemik perempuan dalam masyarakat dan dikemas dengan pesan yang menonjol.
Sang sutradara pementasan “Sisi Puan”, Nurul Rojani mengangkat tentang polemik perempuan di masyarakat ini atas catatan pribadinya sendiri. Dimana perempuan hari ini masih dirundung masalah yang belum ada titik temunya. Seperti hal status dan peran perempuan hari ini.
“Sebagai perempuan, banyak yang saya rasakan dan alami. Ada dinding pembatas yang sebenarnya mematikan inteligensi dan kreativitas perempuan. Semua polemik ini sangat dekat dengan saya. Karena itulah, lewat pertunjukan ini saya ingin menyampaikan perempuan juga bisa mencatat sejarahnya sendiri,” ucap Nurul kepada SUMBARKITA.ID.
Pertunjukan berdurasi 20 menit ini, disutradarai oleh Nurul Rojani, koreografer Fitra Alhadi, aktor Husnul Annisa-Nurul Zam’ah Siregar- Khofifah. Bertindak sebagai penata cahaya Fitra dan penata riasnya Sonnia, Riri dan Mella. Penata musik Wahyu, Novi, Abil, Atun dan dokumentasi Harri Finaldi. Sedangkan Pimpinan Produksi adalah Husnul Annisa.
Pementasan ini menampilkan tiga orang perempuan yang memiliki peran masing-masing. Setiap perempuan menggambarkan polemik yang mengurung perempuan dengan dogma hari ini.
Perempuan pertama memperagakan adegan seorang perempuan yang terikat oleh tali putih yang telah kusam. Ini artinya perempuan belum bisa bergerak bebas akan keinginan hati dan kemauannya.
Kemudian perempuan kedua menggambarkan kesibukan dan tanggung jawab Ibu Rumah Tangga. Dipandang hanya malas-malasan di rumah dan tidak produktif. Nyatanya, segudang aktifitas yang dilakukan dengan beban yang menyakitkan baik dari sisi fisik dan mental.
Terakhir perempuan ketiga yang menggambarkan wanita karir.
Ketiga aktor ini bergerak dengan simbol yang memiliki arti dan pesan sembari diiringi alunan musik yang terdengar lirih.
Ikatan tali yang melilit perempuan pertama tak bisa lepas walaupun telah dibantu oleh dua perempuan lain. Berbagai cara dan upaya sudah dilakukan. Namun tali tersebut bisa lepas setelah perempuan itu sendiri yang melepaskannya. Kemudian teriakan “Dapur Bukanlah akhir dari perempuan” menggema dari mulut salah seorang perempuan. Pesan ini membuat bulu kuduk berdiri dan memiliki makna yang dalam.
Nurul Zam’ah Siregar, salah satu aktor yang memainkan peran wanita muda dalam pertunjukan ini mengatakan perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anak mereka. Namun, masih ada diluar sana orang berpikir jika perempuan hanya ditakdirkan untuk dirumkah saja, kenapa harus sekolah tinggi-tinggi.
“Salah satu contoh makna ambigu dalam masyarakat tentang pendidikan dan peran perempuan. Ini yang digambarkan dalam pentas,” ucapnya.
Untuk bisa mengisi peran tersebut, Zam’ah mengaku harus terlebih dahulu melakukan observasi agar menjiwai.
“Ini pertama kali bagi saya. ” tuturnya.
Wahyu Candra Illahi Ketua Teater Imam Bonjol menyatakan, ” Kegiatan ini menjadi salah satu wadah bagi pegiat seni kampus untuk menampilkan pertunjukannya.”.
“Selain itu, kegiatan ini juga bisa menjadi salah satu tempat bersilaturahmi bagi sesama pegiat teater di Sumatra Barat. Selain bagi sesama pegiat teater ini juga bisa menjadi tempat pertemuan bagi pengkarya dan penontonya” tambahnya. (Rian)
Editor : Hajrafiv Satya Nugraha