Salah satu lulusan awal yang berpengaruh adalah Saidina Asin, yang kemudian menjadi guru dan turut membina generasi berikutnya.
Sekolah Raja dan Perkembangan Kweekschool
Setelah tahun 1873, sekolah ini mengalami perombakan besar dan resmi berganti nama menjadi Kweekschool atau Sekolah Raja. Kurikulum diperbaiki, sistem asrama diperkenalkan, dan jumlah murid terus bertambah, termasuk dari luar Sumatera Barat.
Seiring kebutuhan, sekolah ini juga mulai mencetak calon pegawai negeri (ambtenaar), selain calon guru.
Di awal abad ke-20, pendidikan di sini makin berkembang. Sekolah bahkan menjadi bagian dari sistem pendidikan HIK (Hollandsche Inlandsche Kweekschool), tempat pelajar pribumi menempuh pendidikan calon guru yang terbagi dalam jenjang persiapan dan lanjutan.
Lanjut Hidup di Era Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, gedung bekas Kweekschool kembali dihidupkan. Tahun 1946 didirikan Sekolah Menengah Tinggi (SMT), lalu berganti menjadi SMA pada tahun 1950.
Dalam beberapa dekade berikutnya, sekolah ini mengalami beberapa kali perubahan nama dan struktur hingga akhirnya menjadi SMA Negeri 2 Bukittinggi seperti yang dikenal saat ini.
Melahirkan Banyak Tokoh
Dengan sejarah lebih dari satu setengah abad, tak heran jika SMA 2 Bukittinggi telah melahirkan banyak tokoh penting di bidang pendidikan, pemerintahan, dan kebudayaan. Identitasnya sebagai sekolah bersejarah terus dijaga, meski kini telah menjelma menjadi institusi modern yang mengikuti kurikulum nasional.
SMA 2 Bukittinggi bukan sekadar bangunan sekolah. Ia adalah saksi hidup sejarah pendidikan Indonesia—dari masa kolonial hingga era kemerdekaan. Setiap dinding dan ruang kelasnya menyimpan jejak perjuangan intelektual anak bangsa yang ingin maju lewat pendidikan.
Kini, SMA 2 Bukittinggi tetap melangkah maju, mengusung semangat pendidikannya yang kuat dari masa lalu, sembari menatap masa depan yang lebih cerah.