Ki Hadjar Dewantara menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada saat itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak orang kaya atau kelahiran Belanda yang bisa mengenyam Pendidikan. Akibat sikap kritisnya, Ki Hadjar Dewantara diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, yaitu Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangunkusumo. Ketiga tokoh tersebut dikenal sebagai Tiga Serangkai.
Pulang dari pengasingan di Belanda, pada 3 Juli 1922 Ki Hadjar Dewantara mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa. Setelah Indonesia merdeka, dia diangkat sebagai Menteri Pendidikan. Ki Hadjar Dewantara wafat pada 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap pendidikan di Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Ki Hadjar Dewantara mempunyai tiga semboyan dalam bahasa Jawa yang diterapkannya dalam sistem pendidikan. Pertama, ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pengajar harus memberi teladan atau contoh yang baik), lalu ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, pendidik harus menciptakan ide dan prakarsa), serta tut wuri handayani (dari belakang, guru harus mampu memberikan dorongan dan arahan).
Setiap tahun, peringatan Hari Pendidikan Nasional diisi dengan berbagai kegiatan, seperti upacara bendera di sekolah-sekolah, seminar, diskusi, dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa.
Peringatan ini juga menjadi momen untuk menghargai sosok pendidik masa kini yaitu guru dan orang tua, sekaligus untuk mengevaluasi capaian dan tantangan dalam bidang pendidikan, serta untuk merenungkan langkah-langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan tema peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2024 yaitu “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar