Balai Kota Sebagai Pusat Kegiatan Masyarakat
Pada masa kolonial, kawasan Balai Kota Padang tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga menjadi tempat berkumpul masyarakat. Di sekitarnya terdapat pasar, kebun binatang, dan alun-alun yang menjadi pusat rekreasi warga Padang. Tata kota yang dirancang dengan apik mencerminkan perencanaan perkotaan yang matang.
Bangunan ini juga menjadi saksi berbagai peristiwa penting, mulai dari masa penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, hingga masa kemerdekaan Indonesia. Sejak masa kolonial hingga tahun 2013, gedung ini tetap menjadi kantor Wali Kota Padang sebelum akhirnya dipindahkan ke Air Pacah.
Kondisi Bangunan Pasca Gempa dan Rencana Pelestarian
Balai Kota Lama Padang sempat mengalami beberapa kerusakan cukup signifikan akibat gempa bumi yang terjadi di Kota Padang. Gempa tahun 2009 contohnya, menyebabkan kerusakan pada tangga, kolom, dan dinding bangunan. Meskipun sebagian besar telah diperbaiki, beberapa bagian masih memerlukan perawatan lebih lanjut.
Saat ini, Gedung Balai Kota Padang lama telah menjadi Museum dan Galeri Arsip Statis Kota Padang yang diresmikan pada 7 Desember 2024 lalu. Museum ini berada di lantai II Gedung Balai Kota Padang lama, Jalan M Yamin No 70, Pasar Raya Kota Padang.
Sebagai bangunan bersejarah, Balai Kota Lama Padang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Keberadaannya menjadi pengingat akan perjalanan panjang kota ini dari masa kolonial hingga era modern.
Oleh karena itu, pelestarian dan pemanfaatannya sebagai museum atau cagar budaya menjadi langkah penting agar generasi mendatang tetap dapat mengenal sejarah kotanya.
Bangunan ini bukan sekadar peninggalan arsitektur kolonial, tetapi juga simbol perkembangan Kota Padang dari masa ke masa. Dengan upaya pelestarian yang tepat, Balai Kota Lama Padang dapat terus menjadi bagian dari identitas dan kebanggaan masyarakat Sumatera Barat.