Namun, tidak jelas kapan dan di mana lokasi kejadian tersebut. Tidak disebutkan juga dari mana asal santri-santri tersebut.
Pandangan MUI
Sebelumnya, Wakil Sekjen MUI, M Ziyad, juga mengomentari soal video santri tersebut. Ziyad mengaku bahwa dia adalah pengajar dari penghafal Al-Qur’an (tahfiz). Menurutnya, para santri dijaga hafalannya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal lain.
“Anak santri ini memang dijaga betul hafalan alqurannya termasuk jangan sampai mendengarkan hal-hal yang dapat mengganggu konsentrasi hafalan-nya. Itu salah satunya itu adalah musik. Suara-suara, nggak hanya musik saja gitu,” ujarnya.
Menurut Ziyad, penghafal alquran memang perlu menjaga hafalannya. Mereka memiliki masalah jika mendengarkan musik, dan musik itu yang akhirnya menempel dalam ingatan.
“Mohon maaf kalau mau jauh, Imam Syafi’i, kalau pergi ke masjid, telinga disumpal dengan kapas. Apa tujuannya, dia tidak ingin dengar apapun selama perjalanan dari rumah ke masjid. Saking cerdas beliau, hanya mendengar itu beliau hafal di pikiran dia. Takut tercampur dengan hafalan hadis, fikih dll. Kita harus proporsional, jernih melihat itu,” katanya.
Ziyad malah memberikan perhatian pada panitia vaksinasi. Apakah mereka tahu bahwa yang akan divaksin adalah penghafal alquran.
“Maka justru seharusnya saya bertanya, apakah panitia pelaksana vaksinasi lihat siapa pesertanya. Harusnya menghormati, kalau peserta para santri, penghafal Alquran, maka musik harus dimatikan kalau kita hormati itu. Sebab ada santri yang terganggu hafalan-nya makanya santri kemudian menutup telinga,” katanya dilansir Detikcom. (*)