SUMBARKITA.ID — Tiba-tiba sadar berada di tengah persawahan yang gelap dan sepi membuat SR (31) ketakutan. Pria asal Surabaya ini sempat menangis saat menunggu bantuan datang.
Perjalanan pulang SR dari Malang ke Surabaya semula berjalan lancar. Masalah mulai terjadi saat panduan google maps menuntunnya keluar dari jalan tol melalui exit Pandaan, Pasuruan.
Sekitar 30 menit dari exit Pandaan, sekitar pukul 19.30 WIB, SR dikejutkan suara ketukan pada kaca pintu sebelah kiri mobil yang dia kendarai. Dari ekor matanya, karyawan perusahaan asuransi ini melihat penampakan perempuan dengan rambut menutupi muka.
“Saya merinding dan tidak berani melihat sosok tersebut. Posisi duduk saya majukan supaya bisa mudah melihat spion,” kata SR , Sabtu (14/11/2020).
Saat itu dia merasa melalui jalan yang lebar dan mulus. Jalur yang tidak dia kenal itu banyak penerangan jalan dan berkabut pada sisi kanan dan kirinya. Hanya saja, dia mengaku tidak sekalipun bertemu orang dan kendaraan lainnya.
“Saya melaju kencang, saya lihat speedometer sekitar 80-100 km per Jam karena jalannya mulus dan lurus,” ungkapnya.
Tiba-tiba sekitar pukul 21.00 WIB, mobil Daihatsu Xenia yang dia kendarai tidak bisa berjalan. Karena sasis mobil tersangkut bebatuan. Sehingga roda mobil hanya berputar tanpa menyentuh permukaan jalan.
Bak disambar petir saat turun dari mobil, SR sadar sedang berada di tengah persawahan yang gelap dan sepi. Dia tersesat seorang diri di Dusun Made, Desa/Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Tempat yang sangat jauh dari tujuannya, yaitu Kelurahan Kertajaya, Gubeng, Surabaya.
Lokasi SR tersesat dikenal angker oleh warga setempat. Tempat yang biasa disebut Canggu ini menjadi lokasi penemuan sekitar 12 jasad korban banjir bandang 2002 silam. Saat itu banjir bandang menerjang objek wisata pemandian air panas Padusan dan air terjun Coban Canggu.
Sisi kanan jalan berupa tebing dengan ketinggian sekitar 10 meter. Sedangkan sebelah kirinya Sungai Canggu. Tempat ini dikelilingi persawahan yang digarap warga Dusun Made dan sekitarnya.
Tak satu pun penerangan jalan dipasang di tempat ini. Karena lokasinya jauh dari permukiman penduduk, yakni sekitar 3 kilometer. Untuk mencapainya, harus melalui jalan berbatu yang sempit dan berliku.
“Karena takut, saya masuk mobil, lampu saya nyalakan, pintu saya kunci. Saya telepon teman-teman sambil menangis,” terangnya.
Sambil menunggu bantuan datang, SR hanya bisa berdoa dan bertahan di dalam mobil. Polisi bersama warga dan para relawan datang sekitar satu jam kemudian.
“Saya kemarin menginap di Mapolsek Pacet karena masih takut pulang malam-malam,” tandasnya dilansir detkcom.
SR tersesat dalam perjalanan pulang dari Malang ke Surabaya pada Kamis (12/11) malam. Google maps memandunya keluar dari jalan tol melalui exit Pandaan. Setelahnya, dia merasa melalui jalan yang mulus dan lurus dengan kecepatan 80-100 Km/Jam.
Pengakuan SR ini di luar nalar. Pasalnya, untuk sampai ke lokasi dia tersesat, pria 31 tahun ini harus melalui jalanan berliku dan sarat tanjakan. Mulai dar wilayah Pandaan, Kecamatan Trawas, sampai Dusun Made, Desa/Kecamatan Pacet. (sk/dtk)