Limapuluh Kota– Mengenang peristiwa sejarah di Nagari Situjuah Batua, Sumatera Barat (Sumbar), aksi penyerangan Belanda terhadap para pejuang kemerdekaan Indonesia pada 15 Januari 1949.
Dalam catatan sejarah, peristiwa ini terjadi pada periode Revolusi Fisik di saat Pemerintah Indonesia mempertahankan kemerdekaannya dari kolonial Belanda.
Pada 14 Januari 1949 malam, para pejuang mengadakan rapat untuk membahas strategi dalam menghadapi agresi yang dilakukan pihak Belanda. Rapat digelar atas instruksi Gubernur Militer Sumatera Tengah, Sutan Mohammad Rasjid dan dipimpin oleh Chatib Sulaiman selaku Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah.
Rapat malam itu juga diikuti oleh beberapa sosok pemimpin gerakan para pejuang, di antaranya Arisun Sutan Alamsyah (Bupati Militer Lima Puluh Kota), Letnan Kolonel Munir Latief, Mayor Zainuddin, Kapten Tantawi, Lettu Azinar, Letda Syamsul Bahri, dan 69 orang pasukan Barisan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK). Hasil rapat memutuskan bahwa mereka akan menyerang kota Payakumbuh yang diduduki Belanda.
Subuh hari pada tanggal 15 Januari 1949 setelah beristirahat seusai rapat, para pejuang hendak melaksanakan shalat subuh. Tanpa diduga, datang serangan oleh pihak Belanda yang membuat para pimpinan pejuang beserta puluhan pejuang lainnya pun gugur seketika.
Dampak serangan Belanda di Peristiwa Situjuah, Indonesia kehilangan sosok-sosok pejuang yang rela bertaruh nyawa demi mempertahankan kedaulatan negara.
Para pejuang terpojok karena lokasi yang tak menguntungkan, senjata yang tak memadai, sehingga tidak mampu memberikan perlawanan. Para tokoh seperti Chatib Sulaiman, Bupati Limapuluh Kota Arisun St. Alamsyah, Letkol Munir Latif, Mayor Zainuddin, Kapten Tantawi, Letnan Anizar, Sjamsul Bahri, Rusli dan Baharuddin, gugur bersama 60 pejuang lainnya.