SUMBARKITA.ID – Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Padang Pariaman memprediksi peluang terjadinya hujan masih tinggi pada Desember 2022, terutama pada 20 hari pertama bulan itu.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau Padang Pariaman, Sakimin mengatakan, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah Sumbar mulai menjelang Natal. Kemudian, intensitas hujan mulai menurun antara Natal hingga awal Januari 2022.
“Untuk itu, penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan terjadinya bencana hidrometeorologi, terutama titik-titik rawan longsor dan banjir, seperti di Agam, Padang Pariaman, Pariaman, Padang dan Pesisir Selatan serta kewaspadaan terhadap daerah lainnya di Sumbar,” ujarnya, Rabu (30/11/2022).
BMKG juga memperkirakan tinggi gelombang laut untuk perairan Selat Mentawai masih dalam kondisi normal hingga menjelang momen Natal dan tahun baru (Nataru).
Dia menuturkan, karakteristik cuaca Sumbar yang lembab dan dinamis berpengaruh terhadap kenyamanan tubuh sehingga perlu untuk tetap menjaga imunitas terhadap perubahan kondisi cuaca.
Sehingga hal tersebut berdampak terhadap transportasi darat, laut, dan udara di mana untuk transportasi darat dengan tujuan daerah seperti Padang, Pesisir Selatan, Agam, dan Padang Pariaman perlu ditingkatkan kesiapsiagaan akan terjadinya banjir dan longsor.
“Meningkatnya titik genangan di jalan akibat hujan dengan durasi lama dan kelembapan yang tinggi berpotensi merusak jalan yang dapat juga mengganggu kelancaran lalu lintas terutama pada saat terjadi peningkatan debit kendaraan selama masa libur Nataru,” terangnya.
Sementara itu, dampak perkembangan kondisi cuaca terhadap transportasi laut, dengan tinggi gelombang maksimum diprediksi mencapai 2,5 meter pada saat Nataru untuk Selat Mentawai.
Sehingga perlu diwaspadai bagi perahu-perahu tradisional dan kecil. Kemudian, berdasarkan historis data iklim, pada saat akhir tahun merupakan musim di mana terjadi peningkatan frekuensi terjadinya tekanan rendah.
“Bibit siklon tropis di perairan Samudera Hindia barat daya Sumatra, sehingga dapat meningkatkan tinggi gelombang laut dan angin di Selat Mentawai yang berdampak terganggunya lalu lintas perairan yang menghubungkan antara Sumatra dengan Kepulauan Mentawai,” jelasnya.
Sakimin juga menerangkan hujan dengan intensitas tinggi dan visibilitas rendah masih dapat terjadi pada saat masa Nataru, mengingat bulan Desember-Januari masih merupakan musim hujan di Sumbar.
Sehingga perlu meningkatkan perhatian terhadap prakiraan cuaca untuk antisipasi keterlambatan penerbangan dan pergerakan di sisi darat.
“Kemudian, ancaman petir dapat menimbulkan gangguan terhadap peralatan sinyal, telekomunikasi, dan listrik meskipun potensi gangguan tersebut bersifat minim,” sampainya.
Editor: Fakhruddin Arrazzi