Sementara itu, Joni Sastra menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kenaikan jabatannya. Dikatakan Joni, diraihnya jabatan fungsional ahli utama, melewati proses panjang. Berawal dari usulan RSUD, lalu analisa jabatan dari Pemko melalui BKPSDM.
“Ada analisa jabatan, Apakah dibutuhkan dokter ahli utama, ini sesuatu yang baru di Padang Panjang. Seterusnya, diajukan ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Kemenkes mengatakan diserahkan kepada daerah. Alhamdulilllah bantuan Bapak Pj Wali Kota, Pj Sekda juga, beliau sangat merekomendasikan,” jelasnya.
Dari Kemenkes, direkomendasikan ke Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB). Di sana ditelaah urgensi jabatan itu. Di situ dijelaskan, bahwa RSUD sebagai rumah sakit tipe B dan rumah sakit pendidikan. Kemudian, Kemenpan RB melihat pengabdian sekian tahun dari dokter spesialis mata ini.
“Alhamdulillah, saya sejak lulus sekolah (2001), benar-benar mengabdikan diri di Padang Panjang. Dari pasien mata sedikit, bisa dikatakan nol, dirintis dari awal RSUD tidak begitu dikenal. Saya pun terus meningkatkan keilmuan dengan melanjutkan sekolah teknik operasi terbaru katarak,” ujarnya.
Teknik yang dipelajari waktu itu, Operasi Katarak Phacoemulsification, salah satu metode atau teknik operasi Katarak tanpa jahit. Pada 2004, Joni kemudian mengajukan kebutuhan mesin operasi katarak Phaco terbaru. Mesin operasi ini belum ada di RSUD di seluruh Sumbar, Riau, dan Jambi.
“Diajukan saat itu, Padang Panjang-lah pertama kali memiliki mesin operasi katarak Phaco. RSUD Padang Panjang-lah perintis operasi Katarak Phaco ini. Masyarakat menyambut baik. Pasien bertambah, bukan saja dari Padang Panjang malah dari luar provinsi. Pasien dari satu, dua, bertambah, saya sampai kewalahan. Sehingga dokter mata di RSUD ada tiga dokter sekarang,” imbuhnya. (Diskominfo)