Sebelum kita membicarakan terkait komitmen apa saja yang harus dilakukan oleh Sumatera Berat. Tentu kita perlu menelaah terkait frasa bela negara itu sendiri, frasa bela negara adalah kata kerja, setidaknya memiliki kandungan makna terkait tindakan, proses serta keadaan.
Dari ini lah kita bisa memahami bahwa esensi bela negara semakin berkembang tidak sebatas fisik menangkal agresi saja. Banyak dimensi yang termaktup dalam bela negara kekinian, dari dimensi ideologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi serta dimensi lainya
Semakin luasnya dimensi bela negara semakin mempertegas bahwa komitmen brand identity-nya tidak selesai dalam satu kali upacara. Atau tak terbatas pada satu hari saja, namun rangkaian panjang dari berbagai Stake holder yang ada di Sumatera Barat. Ada beberapa komitmen yang bisa dijadikan langkah berkelanjutan untuk memperkuat brand identity ini, di antaranya:
Pertama, pemahaman yang komprehensif tentang bela negara harus ditanamkan sejak dini. Edukasi dan sosialisasi menjadi kunci. Bukan hanya sekadar menghafal definisi, namun memahami bahwa bela negara tidak hanya terbatas pada agresi fisik, melainkan juga mencakup upaya menjaga keutuhan bangsa dalam segala aspek kehidupan. Integrasi nilai nilai bela negara dalam kurikulum pendidikan formal dan non-formal menjadi langkah strategis.
Menggalakkan pelatihan-pelatihan kepemimpinan, kesiapsiagaan bencana, dibekali dengan dasar dan motivasi bahwa Sumatera Barat memiliki andil penting dalam bela negara, sehingga masyarakat yang ada sekarang memiliki pemahaman dan mentalitas hebat dalam mengambil porsi bela negara. Yang paling menarik adalah ketika masyarakat terlibat aktif dalam penguatan pemahaman bela negara dalam kegiatan mereka. Seperti Anak Nagari Bootcamp yang akan diadakan Januari mendatang oleh Lembaga Swadaya Masyarakat lokal Sumatera Barat yakni Rangkiang Peduli Negeri (RPN). Kegiatan ini yang sarat muatan bela negara, kepemimpinan, kesiapsiagaan bencana hingga pembahasan kearifan local.
Kedua, implementasi nilai-nilai bela negara harus tercermin dalam kebijakan dan program daerah. Kebijakan ekonomi yang berpihak pada kepentingan nasional, program pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup, serta upaya pelestarian lingkungan adalah contoh nyata dari penerapan bela negara dalam konteks pembangunan daerah. Jadi nafas hingga teknis implementasi kebijakan dan program pemerintah daerah harus mencerminkan niatan yang kuat sebagai bagian dari bela negara itu sendiri. Baik itu program ekonomi, social, budaya, technologi yang di kembangkan di Sumatera Barat kuat unsur komunikasi terkait bela negara.
Sebagai contoh pengembangan sektor pertanian, dimana Sumatera Barat memiliki potensi pertanian yang sangat besar. Dengan memberikan dukungan pertanian dalam menjaga ketahan pangan sehingga pasar tidak tergantung atau tidak didominasi oleh hasil pertanian dan pertenakan ekspor. Program menjaga keanekaragaman hayati pun sajatinya merupakan semangat bela negara. Dan apa bila kebijakan yang ada dapat menjaga harga pasar pertanian tentu menjadi bentuk nyata bela negara oleh pemerintah kepada masyarakat terutama petaninya. Pertanyaannya apakah kebijakan yang ada sekarang sudah melindungi petani lokal? Atau apakah harga pertanian sudah terjaga? Jika belum, artinya proses bela negara kita masih penuh perjuangan.
Ketiga, menjaga citra dan reputasi daerah adalah bagian tak terpisahkan dari upaya membangun identitas berbasis bela negara. Transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan menjadi kunci untuk membangun kepercayaan masyarakat. Penegakan hukum yang adil dan tanpa pandang bulu serta kemampuan dalam menangani konflik secara damai juga merupakan indikator keberhasilan sebuah daerah dalam mewujudkan nilai-nilai bela negara.
Bedasarakan data dari ICW tahun terkait pemetaan kasus korupsi bedasarkan wilayah. Sumatera Barat berada di peringkat 20 dari 38 provinsi yang ada. Setidaknya menggambarkan bahwa integritas dalam menjaga marwah Brand Identity Bela Negara itu masih ada. Dan kita berharap kedepannya terus dilaksanakan perbaikan di berbagai sisi terutama bidang hukum.
Keempat, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah daerah, masyarakat, dunia usaha, dan akademisi harus bersinergi dalam mewujudkan visi ini. Masing-masing pihak memiliki peran yang penting dan saling melengkapi. Karena brand identity juga akan tercermin dari kerjasama antar lini dalam menghasilkan value tersebut.
Sebagai penutup, branding “Bela Negara” bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah perjalanan panjang. Ini adalah komitmen untuk terus belajar, beradaptasi, dan berinovasi. Dengan konsistensi dan kerja sama yang baik, Sumatera Barat dapat membangun identitas yang kuat dan menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam mewujudkan nilai-nilai luhur bangsa. Jadi tidak terikat hanya dalam satu hari upacara, namun ditakar dari proses berkelanjutan yang terukur.
Selamat Hari Nasional Bela Negara 2024!
Ditulis oleh: Fadhli Septavianra
Relawan Kemanusian