Media penyiaran, lanjut Fauzi, menjadi alat vital dalam memberikan arahan kepada masyarakat agar tidak panik dan dapat mengambil langkah yang tepat di tengah situasi darurat.
“Dari semua bencana yang terjadi di Indonesia, hanya di Padang masyarakat yang tidak sampai ke pengungsian. Mereka dapat kembali ke rumah masing-masing dengan cepat,” bebernya.
Fauzi Bahar mengapresiasi Pemerintah Kota Padang yang konsisten mengadakan peringatan HKB setiap tahunnya. “Mari kita jadikan momentum ini sebagai pembelajaran mitigasi bencana. Kita harus terus berlatih dan siap siaga,” ujarnya.
Fauzi juga menyoroti pentingnya infrastruktur mitigasi seperti shelter yang berfungsi sebagai tempat evakuasi darurat. Namun, ia menyayangkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bangunan-bangunan mana saja yang berfungsi sebagai shelter.
Ia juga menyinggung tentang rencana pembangunan Rumah Sakit Siloam sebagai shelter yang terhenti karena berbagai isu pada akhir masa jabatannya sebagai wali kota.
“Dulu, RS Siloam direncanakan sebagai shelter. Tapi sayangnya, di akhir masa jabatan saya, pembangunan tersebut terhenti karena adanya isu kristenisasi,” ucapnya.
Sementara itu, Pemrakarsa Monumen Gempa Padang, Andreas Sofiandi, menyatakan dukungannya terhadap upaya mitigasi bencana yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam perawatan monumen ini sehingga dapat menjadi ingatan kolektif, bukan hanya bagi keluarga korban tetapi juga untuk generasi mendatang.
“Monumen ini selalu menjadi tempat yang disinggahi oleh teman atau tamu yang berkunjung ke Padang,” tutup Andreas.