“Setengahnya bukan KTP Padang, ada yang dari provinsi lain,” jelasnya.
Dia juga menyoroti kendala dalam membuka lapangan kerja padat karya di Sumatera Barat, terutama di sektor industri.
“Investasi industri sulit masuk ke sini. Industri biasanya masuk ke daerah yang memiliki penduduk banyak,” tuturnya.
Sebagai solusi, ia mengusulkan agar lulusan baru dan angkatan kerja diberdayakan dengan keterampilan yang mendukung mereka bekerja di luar negeri, seperti pelatihan bahasa asing.
“Beri pelatihan agar mereka bisa bekerja ke negara lain, seperti Korea, Jepang, atau Timur Tengah. Ini sejalan dengan karakter masyarakat Minang yang memiliki etos merantau daripada bekerja di kampung,” ungkap Audy.
Menurut Audy, para tenga kerja di luar negeri secara tak langsung akan berkontribusi pada perekonomian daerah sebab mereka biasanya mengirim sebagian pendapatan untuk keluarga di kampung halaman.
Untuk itu, pihaknya mendorong pemerintah daerah meningkatkan kolaborasi dengan lembaga yang kredibel dalam menyalurkan tenaga kerja ke luar negeri.