Sumbarkita – Museum Perang Sintuk yang berada di Nagari Sintuak, Kecamatan Sintuak Toboh Gadang, Kabupaten Padang Pariaman kini sudah menampakkan perubahan. Museum kecil ini tak hanya menjadi saksi bisu sejarah panjang perjuangan masa lalu, tetapi kini mulai menarik perhatian baru dengan sentuhan teknologi yang membawanya kembali hidup di tengah generasi muda.
Dalam upaya mempertahankan nilai sejarah, tim pengabdian dengan skema mitra masyarakat dari Universitas Negeri Padang (UNP) memberi inovasi pengenalan teknologi barcode pada berbagai koleksi museum, yang memungkinkan pengunjung untuk mengakses informasi mendetail hanya dengan memindai kode.
Selain itu beberapa koleksi juga sudah diajukan sebagai benda cagar budaya ini mencakup helm baja tentara Belanda dan Jepang, kotak peluru tentara Heiho, badie lansa, tempat mortir, dan senjata tradisional Sewah.
Menyentuh Generasi Lewat Digitalisasi
Dr. Hendra Naldi, dosen Pendidikan Sejarah UNP, menjelaskan bahwa sentuhan teknologi ini juga diterapkan dalam bentuk film-film dokumenter yang menceritakan sejarah perang di Sintuk. Beberapa di antaranya telah tayang di platform YouTube, seperti film “Perang Sintuk 1947-1949” dan “Kisah PKI 1965.”
Pengembangan lebih lanjut akan dilakukan dengan menambah situs-situs sejarah yang belum tersentuh teknologi, dan rencananya, peta gerilya masa kemerdekaan di Nagari Sintuak akan dibuat dalam bentuk digital.
“Kita melihat hari ini dunia digital telah merambah semua aspek kehidupan. Karena itu, kita merasa penting untuk membawa museum, yang selama ini belum tersentuh teknologi, ke arah yang lebih modern. Salah satu target kami adalah membuat generasi muda, khususnya Gen Z, tertarik pada sejarah melalui cara-cara digital yang lebih mereka sukai,” ujar Hendra usai mengenalkan penggunaan barcode kepada masyarakat, Senin (23/9).
Ia menambahkan, melalui digitalisasi ini, pihaknya berharap sejarah yang selama ini hanya dikenal secara tradisional dapat kembali diminati oleh anak-anak muda.