2. Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka)
Ulama besar kelahiran Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang, Maninjau, 17 Februari 1908 silam ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sejak tahun 2011.
Perjuangan Buya Hamka untuk bangsa, tidak hanya dikobarkan lewat tulisan, tapi juga dibuktikan di berbagai medan juang.
Buya Hamka pernah menjadi pemimpin Front Pertahanan Nasional Sumbar semasa Agresi II Belanda.
Sebelum wafat di Jakarta, 24 Juli 1981, dalam usia 73 tahun, Buya Hamka yang aktif di Muhammadiyah, pernah dipercaya sebagai ketua MUI pertama.
Sastrawan yang menulis Tafsir Al-Azhar, Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, dan Di Bawah Lindungan Ka’bah ini, juga mendapat gelar doktor dari Universitas Alazhar dan Universitas Malaysia. Kemudian, Buya Hamka juga menjadi Guru Besar Universitas Moestopo, Jakarta.
3. Abdoel Halim
Pria asal Banuhampu, Agam, kelahiran 27 Desember 1911 ini, ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sejak 2008.
Dia pernah menjabat Perdana Menteri Indonesia ke-4 dan Menteri Pertahanan di zaman Presiden Soekarno. Kepahlawananya dimulai sejak menjadi Wakil Ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) 1945.
Alumni Fakultas Kedokteran UI ini juga pernah terlibat dalam pembentukan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada 1948 atau semasa Soekarno-Hatta ditawan Belanda dalam Agresi ke-II.
Sebelum wafat pada 4 Juli 1987 dalam usia 75 tahun, Abdoel Halim pernah membentuk Voetbalbond Indonesische Jakarta yang kini dikenal sebagai Persija. Dia juga pernah menjadi Ketua Komite Olimpiade Indonesia
4. Adnan Kapau Gani
Dokter kelahiran Palembayan, Agam, 16 September 1905 ini, merupakan Wakil Perdana Menteri Indonesia yang pertama. Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sejak 2007 silam.
Perjuanganya untuk Bangsa, dimulai sejak keterlibatan dalam Kongres Pemuda II pada 1928, berlanjut hingga zaman kependudukan Jepang.
Setelah Indonesia Merdeka, Adnan Kapau Gani pernah menjadi Residen Sumatera Selatan, Menteri Kemakmuran pada Kabinet Syahrir II dan Kabinet Amir Syarifuin II. Sebelum wafat pada 23 Desember 1968, mantan Gubernur Militer Sumatera Selatan ini pernah dipercaya sebagai Rektor Universitas Sriwijaya.
5. Rasuna Said
Wanita kelahiran Maninjau, Agam, 14 September 1910 ini, ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sejak 1974. Perjuangannya melawan penjajah, tidak hanya lewat tulisan di media yang ia pimpin, tapi juga lewat pergerakan di organisasi.
Rasuna Said merupakan wanita pertama di Indonesia yang terkena hukum Speek Delict, yaitu hukum yang menyatakan bahwa siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda.
Sebelum wafat di Jakarta pada 2 November 1965, Rangkayo Rasuna Said, pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Sumatera. Kemudian, anggota DPR RIS, dan anggota Dewan Pertimbangan Agung.
Rasuna Said satu-satunya perempuan di Sumatra Barat yang dapat gelar Pahlawan Nasional. Perjuangannya sejajar dengan dengan Rasimah Ismail yang berasal dari Jambu Air, Bukittinggi.
6. Haji Agus Salim
Diplomat jenaka kelahiran Koto Gadang, Agam, 8 Oktober 1884 ini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional sejak 1961. Mantan anggota Volksraad utusan Sarekat Islam ini juga merupakan anggota Tim 9 dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Inyiak Agus Salim yang dikenal sebagai The Grand Old Man Indonesia, juga pernah menjadi Menteri Luar Negeri. Bahkan, sebelum wafat di Jakarta, pada 4 November 1954, mantan ketua Dewan Kehormatan PWI ini masih dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.
Editor: RF Asril