Sumbarkita – Kasus sodomi di salah satu pesantren terkenal di Kabupaten Agam cukup membuat syok. Meski kasus pelecehan seksual di sekolah berbasis asrama tidak sekali, tetapi mengapa hal ini kerap terjadi?
Kasus pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja bahkan di ranah pendidikan. Pondok Pesantren (Ponpes), yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu keagamaan, juga tidak bisa lepas dari kasus pelecehan.
Kasus pelecehan seksual sodomi juga bukan pertama kali terjadi di Ponpes di Agam itu. Di Tangerang Selatan, seorang senior menyodom juniornya, kasus ini terjadi pada tahun 2022 lalu. Kemudian, seorang guru pesantren di Aceh Besar menyodomi lima santri pada tahun 2023. Lalu, pada Mei 2024, seorang guru di pesantren di Kota Jayapura meminta lima santrinya berbuat cabul kepada dirinya, dan masih banyak lagi kasus lainnya. Sungguh miris.
Dilansir dari BBC, menurut Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi menyebutkan, kasus pelecehan seksual di lingkungan pesantren bukanlah fenomena baru.
Ia menyebutkan kekerasan seksual di pesantren atau ponpes terjadi karena berbagai faktor, salah satunya yakni adanya relasi kuasa yang timpang, yakni antara anak yagn berhadapan dengan orang dewasa. Sehingga, sering disalahgunakan.