Sumbarkita – Pada awal abad ke-20, Sumatera Barat (Sumbar) mulai muncul sebagai salah satu destinasi wisata yang menarik perhatian, terutama bagi para pelancong dari Eropa. Alam yang cantik dan budaya yang eksotis menjadi magnet utama.
Kota Padang, sebagai ibukota Gouvernement Sumatra’s Westkust (sebutan untuk Sumbar pada masa itu), berkembang menjadi simpul utama pariwisata. Di balik geliat tersebut, berdiri megah sebuah hotel legendaris: Hotel Oranje.
Hotel Kelas Satu di Padang
Hotel Oranje bukanlah hotel biasa. Ia adalah hotel terbesar dan termegah yang pernah ada di Sumatera Barat pada masa kolonial Belanda. Dikenal sebagai hotel kelas satu, Hotel Oranje menjadi pilihan utama dalam hampir setiap buku panduan perjalanan wisata ke Hindia Belanda, khususnya ke wilayah Sumatera Barat.
Letaknya yang strategis, dekat dengan Muaro, Gunung Padang, dan Pantai Padang, membuat hotel ini kian diminati para pelancong.
Tak hanya soal lokasi, fasilitas Hotel Oranje juga sangat mumpuni untuk ukuran zamannya. Dalam catatan surat kabar Sumatra-bode tahun 1908, hotel ini disebut memiliki ruang makan luas, paviliun terpisah, kamar mandi dengan bathtub, hingga layanan jemputan dari stasiun menggunakan kereta kuda.
Sementara menurut buku Van Stockum’s Travellers’ Handbook (1930), hotel ini memiliki 64 kamar, lengkap dengan pilihan kamar single dan double bedroom.
Dari Rumah Panggung ke Bangunan Eropa
Awalnya, bangunan Hotel Oranje bergaya rumah panggung, berbahan kayu dan beratap rumbia. Bentuk ini serupa dengan hunian orang Eropa di Padang kala itu. Namun pada awal abad ke-20, hotel ini mengalami transformasi besar. Ia beralih ke gaya bangunan batu permanen dengan arsitektur Eropa klasik, mengikuti tren modernisasi bangunan di Hindia Belanda.