PADANG, SUMBARKITA – Rumah makan mengalami dampak yang cukup signifikan terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Pemilik usaha mengaku resah dan dilema untuk menaikkan harga makanan, karena takut kehilangan pelangan.
Salah seorang pemilik rumah makan Onang (46) mengaku masih ragu menaikkan harga, meskipun sejumlah rumah makan lain sudah melakukan hal itu.
“Saya juga ragu, apakah harus menaikan harga atau tetap bertahan. Di tempat lain, harga nasi yang biasanya Rp10 ribu sudah naik jadi Rp12 ribu,” ujarnya, Rabu (6/9/2022).
Onang yang membuka rumah makan di kawasan Andalas, Kuranji itu menjelaskan khawatir akan kehilangan pelanggan yang mayoritas mahasiswa itu saat harga makanan di kedainya dinaikkan.
“Kalau naik, takutnya sepi. Selain itu kasihan juga yang beli. Kebanyakan yang makan di sini mahasiswa. Kalau ditahan di harga biasa, nanti malah rugi. Kalau porsi dan bumbu yang dikurangi, takut pelanggan kecewa,” katanya.
Saat ini, kata dia, kenaikan harga kebutuhan sudah mulai terasa. Ikan merupakan komoditas yang saat ini sudah meningkat tajam dari harga sebelumnya.
“Sekarang harga ikan sudah naik. Pedagangnya bilang, karena solar sudah naik maka harga ikan juga ikut naik,” ungkapnya.
Selain ikan, ia juga memaparkan beberapa komoditas lain yang juga telah mengalami kenaikan harga.
“Cabai sekarang juga naik, sebelum BBM naik harga cabai juga sudah tinggi. Apalagi sekarang BBM naik, tentu harganya jauh lebih tinggi,” katanya.
Onang mengaku tidak akan terburu-buru untuk menaikkan harga makanan di kedainya. Ia masih menunggu dan melihat perkembangan harga bahan baku makanan di pasaran.
“Sampai sekarang saya masih belum menaikan harga. Buru-buru menaikan harga tidak baik juga. Saya akan lihat dulu harga kebutuhan di pasaran sebelum mengambil keputusan,” ungkapnya. (*)
Editor: RF Asril