SUMBARKITA.ID — Pegiat media sosial dan pemerhati politik, Chusnul Chotimah memandang, isu Islamophobia diduga sengaja dihembuskan oleh kelompok tertentu dengan maksud untuk “melabeli” mereka yang berbeda pandangan dan termasuk dalam politik identitas.
Chusnul melihat, istilah Islamophobia itu sama persis ketika cap PKI itu dibangkitkan untuk orang-orang yang berbeda pandangan dalam kaitan dengan politik identitas ketika itu.
Hal tersebut disampaikan Chusnul dalam cuitannya di akun twitter pribadinya, @ChusnulCh_, dilihat Senin 18 Juli 2022.
“Isu Islamofobia itu sm seperti isu PKI bangkit, sm2 diangkat kadrun, sm2 ga ada. Cuma akan dipakai unk mencap mereka yg beda pilihan dgn kadrun. Kalo dulu dicap PKI nanti dicap Islamophobia dan mereka merasa paling mewakili Islam. Islamophobia Politik identitas terbarunya kadrun,” tulis Chusnul.
Sebelumnya, Sejumlah tokoh nasional lintas ormas Islam dan ratusan jamaah mendeklarasikan Gerakan Nasional Anti Islamophobia (GNAI).
Gerakan ini untuk melawan isu Islamophobia di dunia yang oleh media barat digambarkan sebagai kaum teroris dan radikalis.
Melansir FIN, deklarasi GNAI yang digelar di Aula Buya Hamka Masjid Al Azhar Jakarta ini dihadiri sejumlah tokoh Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Ketua Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif, Sekretaris Jenderal PP Syarikat Islam Ferry Juliantono, Wakil Ketua Partai Ummat Buni Yani, Ketua Umum Partai Masyumi Reborn Ahmad Yani, Habib Mukhsin, Mustofa Nara, Refly Harun, Alfian Tandjung, Habib Umar Husain dan sejumlah tokoh dan aktivis lainnya.
Kemudian, mantan anggota DPR RI Hatta Taliwang, mantan anggota DPR Ariadi Ahmad, Rizal Fadilah, Anton, aktivis era 98 Andrianto. Sementara di jajaran inisiator dan pendiri GNAI ada nama Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas, Sekretaris Jenderal PP Syarikat Islam Ferry Juliantono, Cucu pendiri Nahdlatul Ulama KH. Wahab Hasbullah yakni Gus Aam, Ahmad Dhani Prasetyo, Habib Mukhsin, Ustadz Umar Husein, Ustaz Alfian Tandjung. (*)