Sumbarkita – Situasi di Gaza makin mencekam usai terus digempur Israel. Tentara Israel bahkan menyerang warga sipil dan pemukiman warga Palestina.
Korban terbanyak adalah perempuan dan anak-anak setelah perang Israel–Palestina meletus 7 Oktober 2023 lalu. Tindakan genosida yang dilakukan Israel membuat warga Palestina kehilangan pasokan sumber daya, mata pencarian dan perawatan medis.
Pilunya, di Gaza tidak ada lagi ruang privasi dan krisis sanitasi. Langkanya air dan pembalut membuat perempuan Palestina terpaksa menelan pil penunda menstruasi.
Menurut laporan Al Jazeera, perempuan Palestina terpaksa mengonsumsi tablet norethisterone, obat yang biasanya diresepkan untuk menangani perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri menstruasi.
Hal itu dilakukan karena ketiadaan produk kebersihan menstruasi seperti pembalut. Saat menstruasi mereka tidak memiliki akses ke tempat pribadi untuk mencuci dan berganti pakaian di rumah.
Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis, mengatakan pil penunda menstruasi yang ditenggak perempuan Palestina bekerja meningkatkan level hormon progesteron dalam tubuh perempuan.
Meskipun legal, pil tersebut memiliki efek samping yang cukup berbahaya bagi kesehatan.
Seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual, pusing, perubahan mood, hingga perubahan siklus menstruasi.