PADANG, SUMBARKITA – Tewasnya salah seorang santri inisial AM (16) yang diduga dianiaya di lingkungan Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur tanggal 22 Agustus 2022 silam, telah menjadi perhatian publik.
Polda Jatim pun sudah menetapkan 2 orang tersangka atas kasus dugaan penganiayaan ini. Mereka adalah AMF (18) asal Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat dan IH (17), Asal Bangka Belitung.
Kejadian ini mendapatkan sorotan dan beredar isu bahwa di dalam Pondok Pesantren Gontor, ada sistem senioritas. Dimana kedua tersangka merupakan kakak kelas atau senior korban.
Menanggapi isu ini. salah seorang Alumni Pondok Pesantren Gontor asal Sumbar yang tak ingin namanya disebutkan, membantah adanya sistem senioritas di Ponpes Gontor.
“Selama saya belajar di Gontor, tidak ada kekerasan. Tidak ada senioritas. Isu yang berkembang saat ini bukan budaya almamater kami,” sebut Alumni Gontor yang tamat tahun 2016 ini kepada SUMBARKITA.ID, Selasa (13/9/2022).
Ia juga mengatakan di dalam Pondok Pesantren ada pengasuh yang mengawasi para santri. Apapun yang terjadi pada santri, baik perihal akademik, masalah pribadi, prestasi, keluarga, seluruhnya akan bermuara pada pengasuh.
“Yang mengawasi dan mengontrol kami itu adalah pengasuh. Mereka yang menjadi teladan dan mengarahkan kami. Jika ada masalah, sampaikan kepada pengasuh dan dicarikan jalan keluar. Termasuk soal akademik dan mempertahankan prestasi,” katanya Alumni yang sekarang sudah menamatkan kuliah di Unand ini.
Jika ada pertikaian antar santri, biasanya pengasuh akan menyelesaikan gesekan tersebut. Kemudian santri yang bertikai akan mendapatkan sanksi, sesuai dengan kesalahannya yang mereka perbuat.