SUMBARKITA.ID – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat (Sumbar) berencana membuat landmark di kawasan Lembah Harau, Kabupaten Limapuluh Kota. Meski direspons negatif sebagian warganet usai disain landmark Lembah Harau diunggah di media sosial, BKSDA Sumbar tetap akan membangun landmark tersebut.
Kepala BKSDA Sumbar, Ardi Andono mengatakan rencana pembangunan itu telah diperhitungkan secara matang dan sudah mengantongi izin dari niniak mamak dan wali nagari.
“Jadi kita sudah lakukan pemilihan posisi yang berada di ruang kosong, jadi tidak ada penebangan. Kedua, bukan merupakan jalur perlintasan satwa, jadi aman. Ketiga, tidak akan menimbulkan kebakaran. Kemudian kontur tanah disitu kuat, jadi tidak akan beresiko, tidak ada tanah yang longsor atau sebagainya. Kemudian tidak menggangu air terjun,” kata Ardi saat dikonfirmasi Sumbarkita.id, Selasa (1/11/2022).
Intinya, kata Ardi, pembangunan landmark itu tidak akan merusak dan mengganggu cagar alam. Namun pembangunan itu akan berdampak positif terhadap perekonomian warga sekitar seiring meningkatnya pengunjung Lembah Harau.
Ardi menjelaskan proses pembuatan landmark sudah mencapai tahap perancangan dan perhitungan. Ia menargetkan pembangunan landmark rampung sebelum tahun baru.
Sejarah Lembah Harau
Lembah Harau adalah sebuah ngarai yang diapit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian mencapai 150 meter berupa batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter.
Menurut beberapa ahli geologi dahulunya lembah harau merupakan sebuah lautan. Hal tersebut didukung dengan ditemukannya berbagai endapan yang belum terganggu berada di daratan. Karenanya secara teoritis bisa disimpulkan daerah itu dahulunya laut.
Hal tersebut diperkuat oleh temuan dari survey team geologi Jerman yang meneliti jenis bebatuan yang terdapat di Lembah Harau pada tahun 1980. Dari hasil survey team tersebut dapat diketahui bahwa batuan yang ada di perbukitan Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat yang merupakan jenis bebatuan yang umumnya terdapat di dasar laut. Secara geologi, batuan yang ada berumur cukup tua, kira-kira 30-40 juta tahun.
Terbentuknya lembah harau karena adanya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat di mana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun.
Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut berkisar 500 sampai 850 meter. Bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak, dan Bukit Tarantang.
Konon, Lembah Harau sudah sering dikunjungi jauh sebelum Indonesia merdeka. Sebuah monumen peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta merupakan bukti bahwa Lembah Harau sudah sering dikunjungi orang sejak 1926.
Di Lembah Harau terdapat cagar alam dan suaka margasatwa. Lembah Harau seluas 270,5 hektare ini ditetapkan sebagai cagar alam sejak 10 Januari 1993.
Di cagar alam dan suaka margasatwa Lembah Harau terdapat berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis dataran tinggi yang dilindungi, plus sejumlah binatang langka asli Sumatra. Monyet ekor panjang (Macaca fascirulatis) merupakan hewan yang sering terlihat di kawasan ini. ***