SUMBARKITA.ID — Di suatu siang di bulan Juli, SumbarKita berkesempatan mendengar kisah dari seniman ukiran kayu khas Minangkabau, di Pandai Sikek Tanah Datar.
Dari obrolan hangat itu terungkap kekhawitaran dari Beni (44) yang telah menjalani peran sebagai juru ukir sejak umur belasan tahun.
“Bisa-bisa lima atau sepuluh tahun lagi, ukiran kayu Minang ini akan menjadi sangat langka. Masalahnya generasi muda mulai jarang mempelajarinya,” ucap Beni saat ditemui di Workshop Ukiran Kayu Chan Umar di Pandai Sikek, Senin (11/7/2022).
Padahal menurutnya ukiran kayu Minangkabau tidak hanya indah secara estetika tapi juga bernilai secara ekonomi.
Beni menyebut karya-karya yang dihasilkan lewat tangan para seniman di Workshop Ukiran Kayu Chan Umar telah sampai ke mancanegara, terutama Eropa.
“Saya secara pribadi mengimbau anak muda Minangkabau. Tentu akan sangat miris kalau kita kehilangan salah satu kekhasan budaya kita ini,” ujarnya lagi.
Beni menawarkan diri untuk membagikan ilmu secara cuma-cuma kepada generasi muda Minangkabau yang punya ketertarikan melestarikan kesenian daerah ini.
“Saya secara pribadi, kalau ada generasi muda yang ingin belajar, saya sangat terbuka. Tidak ada biaya-biaya untuk saya sebagai pengajar. Syaratnya, harus betul-betul serius mempelajarinya,” katanya lagi.