SUMBARKITA – Beberapa waktu yang lalu, Sumatera Barat dikejutkan oleh fenomena munculnya kantong-kantong geragakan radikalisme di berbagai daerah kabupaten kota.
Kontong-kantong gerakan radikalisme ini terkuak dalam waktu yang relatif bersamaan. Hal ini tentu saja menunjukan bahwa saat ini sedang ada gerakan penyebaran nilai-nilai radikalisme yang terstruktur dan massif.
Minangkabau, secara kultural sebenarnya memiliki nilai-nilai kultural yang mampu menjadi benteng untuk mengantisaipasi berkembangnya radikalisme dan terorisme.
Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Imam Bonjol Nurus Shalihin. “Kalau ingin menciptakan kedamaian, kita harus melakukan pendekatan struktural. Karena kekerasan juga memiliki strukturnya sendiri,”. ujarnya, Kamis (30/06/2022).
Baca Juga : Mengharukan, Pelaku dan Korban Terorisme Berdamai di Kampus UIN IB Padang
Pakar Sosiologi ini juga menjelaskan, bahwa untuk mencapai kebahagian dan kedamaian tidak mungkin kita dapatkan sendiri-sendiri (individu). Ada banyak struktur sosial yang mesti ikutserta.
“Ada faktor ekonomi, sosial dan politik kultural dan berbagai struktur lainnya yang tidak mungkin kita abaikan ketika ingin mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian.” sambungnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tidak hanya kedamaian, kekerasan juga memiliki strukturnya sendiri. Dan untuk itu, pendekatan strukturan sangat penting untuk memperkecil tindak kejahatan- kekerasan radikalisme dan terorisme.
“Mengkhususkan untuk Minangkabau.Sebenarnya katup-katup pengaman secara kultural kita punya, hanya saja itu sekarang tidak begitu berfungsi.” jelasnya.
Baca Juga : Cerita Mantan Teroris Ali Fauzi, Si Petinggi JI Yang Punya Anak Buah Orang Padang
Ia menguraikan bahwa dalam kajian Sefriyono, yang bertajuk “Kearifan Lokal Bagi Pencegahan Radikalisme Agama; Kerja sama Kelembagaan Adat Minangkabau dan Islam bagi Pencegahan Radikalisme Agama di Sumatera Barat” dapat kita lihat bahwa di beberapa daerah seperti Pariaman, dengan secara kelembagaan ada tuanku, lalu nagari. Itulah yang menjadi alasan kenapa radikalisme sulit masuk ke Pariaman.
Selain itu, sambungnya, Sumatera Barat adalah Gudang tariqat yang sebenarnya punya andil besar untuk mengantisipasi radikalisme.
“Tariqat secara nilai, sebenarnya lebih merupakan upaya mencari kedamaian, ketengan batin. Tariqat ada di tataran rohaniyah. Maka kedamaian itu sebenarnya ada dalam bertariqat.” ungkapnya.
“Tariqat dan Surau-surau itu sebenarnya adalah bagian dari struktur sosial masyarakat Minangkabau. Itu yang tidak terkelola dan berkembang, bahkan kelompok-kelompok tariqat cenderung kita anggap menyimpang. Sederhananya masyarakat kita, jauh dari akar kulturnya sendiri”. tutupnya. (Rian)