Sumbarkita – Tak banyak yang tahu, salah satu SMA unggulan di Sumatera Barat ternyata menyimpan sejarah panjang sebagai sekolah perempuan zaman kolonial. Namanya dulu Meisjes Normaalschool Padangpandjang, sebuah lembaga pendidikan guru perempuan yang berdiri lebih dari seabad lalu.
Didirikan pada tahun 1918 oleh pemerintah Hindia Belanda, Meisjes Normaalschool menjadi bagian dari strategi kolonial dalam mencetak guru-guru lokal. Sekolah ini khusus diperuntukkan bagi perempuan, berbeda dari Normaalschool untuk laki-laki yang juga ada pada masa itu.
Cetak Guru Perempuan dengan Bahasa Daerah
Normaalschool merupakan jenis sekolah menengah kejuruan untuk calon guru, dengan masa pendidikan selama empat tahun. Syarat masuknya cukup spesifik: lulusan sekolah dasar lima tahun.
Namun yang menarik, proses belajar mengajar di Meisjes Normaalschool menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar, bukan bahasa Belanda. Ini menunjukkan bagaimana pendekatan lokal dimanfaatkan dalam pendidikan kala itu.
Berlokasi di pinggir jalan utama Padang Panjang–Batusangkar, sekolah ini memiliki tiga bangunan utama dan tiga bangunan penunjang. Fasilitas seperti ruang guru, ruang UKS, dan ruang kelas sudah tersedia sejak awal.
Letaknya yang strategis membuatnya mudah diakses, sekaligus menjadi simbol kemajuan pendidikan perempuan di Minangkabau.
Terhantam Gempa 1926, Aktivitas Pindah ke Bukittinggi
Perjalanan Meisjes Normaalschool tak selalu mulus. Pada tahun 1926, gempa besar mengguncang Padang Panjang dan menghancurkan sebagian besar bangunan sekolah. Aktivitas belajar mengajar pun dialihkan ke Kweekschool Fort de Kock (sekarang Bukittinggi), yang juga dikenal sebagai Sekolah Raja.