Sumbarkita – Sumatera Barat (Sumbar) tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kuliner khasnya, tapi juga memiliki warisan budaya yang unik dan ikonik, termasuk dalam hal kendaraan tradisional.
Meski kini sudah jarang ditemukan, kendaraan tradisional ini masih menyimpan cerita menarik tentang kehidupan masyarakat Minangkabau di masa lalu.
Berikut 3 kendaraan tradisional ikonik di Sumbar yang telah dirangkum dari berbagai sumber
1. Bendi
Bendi adalah kendaraan yang ditarik oleh kuda dan sempat jadi primadona di beberapa daerah di Sumbar pada zaman dulu. Pada masa kolonial Belanda, bendi sering digunakan oleh para saudagar kaya, penghulu, atau pejabat seperti kontrolir, demang, hingga asisten demang.
Bendi bisa menampung hingga 4 orang penumpang dan sering digunakan dalam berbagai upacara adat Minangkabau, seperti pernikahan, batagak pangulu, sunat rasul, dan masih banyak lagi.
2. Padati
Zaman dulu, padati digunakan sebagai kendaraan pengangkut barang, penumpang, serta hasil bumi, baik dalam nagari (desa) maupun antar kota di Ranah Minang. Padati ditarik oleh kerbau dan dikendalikan oleh seorang kusir yang sudah terampil dalam mengendalikan kendaraan ini.
Padati terbuat dari kayu dengan desain khas dan ukiran yang rumit, terutama di bagian tempat duduk kusir. Kerbau yang menarik padati biasanya dipasangkan sepatu dari karet bekas untuk melindungi kakinya, serta dikalungi ganto dari kuningan yang berbunyi berdentang seiring langkahnya.
3. Biduak
Biduak adalah alat transportasi air tradisional khas Minangkabau yang digunakan untuk melintasi perairan, seperti sungai dan danau. Selain itu, biduak juga digunakan oleh nelayan untuk mencari ikan. Kendaraan ini terbuat dari kayu gelondongan yang dibentuk menjadi perahu, dengan bagian tengah yang dikeruk agar bisa mengapung dan digunakan untuk berlayar.
Biduak banyak ditemukan di berbagai perairan Sumatera Barat, seperti Danau Singkarak dan Danau Maninjau. Menggunakan biduak tidaklah mudah, karena memerlukan keseimbangan serta keahlian khusus, apalagi jika sambil manjariang (menjala ikan) di danau.
Dari ketiga alat transportasi ini, hanya padati yang memang sudah jarang digunakan karena mulai digantikan oleh kendaraan modern, sementara biduak dan bendi masih tetap eksis sebagai alat transportasi dan berbagai acara budaya dan pariwisata.