SUMBARKITA.ID — Pengamat Politik Rocky Gerung mengaku termasuk dalah satu orang yang paling benci dengan Front Pembela Islam (FPI). Tapi itu dulu, 10 tahun yang lalu.
Rocky mengatakan bahwa dia pernah memberikan pidato kebudayaan, dia kritik habis-habisan FPI setelah adanya aksi FPI yang membubarkan pawai merah putih di Monumen Nasional (monas) Jakarta.
“10 tahun lalu saya kasih pidato kebudayaan, saya kritik habis-habisan FPI itu, masih ada jejak digitalnya itu, karena saya jengkel dengan kelakuan FPI itu. Bubarin pawai merah putih di Monas segala macam, beberapa teman saya bocor kepalanya itu,” ujar Rocky Gerung di podcast Refly Harun, Selasa (1/12).
Saat itu, Rocky Gerung menganggap bahwa FPI itu merupakan preman. “Saya dulu, anggap bahwa FPI ini preman aja itu,” ujarnya.
Akan tetapi, lambat laun FPI mulai berubah gerakannya. Tampak dilihat ketika FPI mulai terjun langsung dalam bantuan-bantuan sosial.
“Jadi orang yang jengkel kepada FPI itu dia nggak berubah karena dia merasa ini masih 10 tahun lau. Padahal FPI sudah angkat mayat di Aceh, bantuin puing-puing (gempa) di Palu, saya lihat sendiri jejak itu,” papar Rocky Gerung.
Rocky mengatakan, seharusnya para pembenci FPI melihat arah perubahan politik FPI saat ini. Bagi Rocky FPI saat ini bukan saja untuk membela Islam, akan tetapi Front Pembela Indonesia.
“Jadi orang ngga bisa lihat perubahan postur politik, perubahan cara berfikir dari Front Pembela Islam. Bagi saya mereka sekarang adalah Fornt Pembela Indonesia. Jadi itu sebetulnya yang menyebabkan saya harus membela FPI,” katanya.
Eks pengajar di Universitas Indonesia (UI) ini mengatakan, bukan saja FPI yang berubah, tetapi pandangan politik Habib Rizieq juga ikut berubah.
“3 tahun di luar negeri tentu dia paham bahwa dia harus perlebar spektrum politik itu kalau ingin memimpin oposisi atau ingin memimpin Indonesia,” kata Rocky Gerung.
“Kita harus lihat apa yang ada dilakukan HRS soal kemaslahatan, soal kemajemukan relasi internasional, saya kira lengkap disitu,” pungkasnya. (dj/sk)