Sumbarkita – Sebanyak 10 perempuan tergeletak di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jumat (7/3). Mereka tergeletak sambil menangis usai dilempar kertas oleh sejumlah laki-laki. Apa yang terjadi?
Rupanya, aksi perempuan tersebut merupakan simbol diskriminasi yang dialami perempuan Sumatera Barat. Aksi ini merupakan teatrikal memperingati Hari Perempuan Internasional 2025.
Mengusung tema “Perempuan dalam Kungkungan Indonesia Gelap,” massa menyerukan berbagai persoalan yang dihadapi perempuan, mulai dari kekerasan seksual, diskriminasi di lingkungan kerja, feminisida, hingga kriminalisasi terhadap perempuan petani.
Koordinator aksi dari LBH Padang, Annisa Hamda, mengatakan bahwa kasus kekerasan terhadap perempuan di Sumbar masih tinggi.
“Di Sumbar, banyak kasus kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual, feminisida, dan diskriminasi,” ujarnya.
Baru-baru ini, kriminalisasi terhadap perempuan petani juga terjadi, seperti kasus lima perempuan petani di Nagari Kapa, Pasaman Barat, yang dikriminalisasi akibat konflik agraria yang tidak diselesaikan oleh pemerintah.
Selain itu, dia menyampaikan bahwa pada tahun 2024, tercatat 582 kasus KDRT fisik terhadap perempuan dan anak, serta 290 kasus feminisida, delapan di antaranya terjadi di Sumbar.