Ia juga menyoroti rendahnya hasil panen padi di Sumatera Barat yang hanya mencapai 4 ton per hektare, dibandingkan negara-negara tetangga seperti Thailand yang sudah mencapai 14 ton per hektare.
Menurutnya, tugas pemerintah adalah meningkatkan hasil pertanian melalui penggunaan alsintan modern, pemberian bibit unggul, dan jaminan ketersediaan pupuk.
“Bagaimana mungkin kita bisa bersaing jika produktivitas sawah kita jauh tertinggal? Tugas pemerintah adalah meningkatkan hasil panen menjadi minimal 8 hingga 10 ton per hektare,” tegasnya.
Selanjutnya, Dr. Ardinis Arbain mengajukan pertanyaan mengenai diversifikasi pangan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat tanpa harus memaksa lahan pertanian dengan penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan.
Ia juga menyinggung latar belakang Epyardi yang berlatar belakang maritim dan bertanya bagaimana pasangan calon ini memandang potensi agro-maritim di Sumatera Barat.
Epyardi menekankan bahwa meskipun pangan laut, seperti ikan, merupakan bagian penting dari sumber pangan, bagi masyarakat Minang, beras tetap menjadi kebutuhan pokok utama.
“Di masyarakat saya, kalau belum makan nasi, belum dianggap makan. Jadi, fokus tetap pada ketahanan beras,” ujar Epyardi.
Namun, ia juga menyoroti pentingnya meningkatkan potensi kelautan Sumatera Barat, terutama di Pantai Barat, yang selama ini kurang dimanfaatkan secara optimal.
Ia mengakui bahwa kondisi lautan Hindia yang berada di kawasan tersebut cukup menantang, namun ia berjanji akan mengembangkan fasilitas penyimpanan ikan serta meningkatkan keterampilan nelayan melalui pelatihan dan dukungan pemerintah.
“Saat ini, potensi ikan kita masih banyak digarap oleh pihak luar. Pemerintah harus memberikan dukungan penuh kepada nelayan agar mereka bisa bersaing dengan nelayan negara lain yang mengambil ikan di perairan kita,” jelas Epyardi.