PARIAMAN, SUMBARKITA – Di tengah kerumunan ribuan orang dalam acara puncak Hoyak Tabuik Pariaman tampak dua orang nenek-nenek berbaju lusuh menyeret kantong plastik berukuran besar.
Mereka mengais sisa-sisa sampah botol plastik bekas minuman yang ditinggalkan ratusan ribu pengunjung Festival Hoyak Tabuik.
Dua nenek bernama Aminah (84) dan saudaranya Matun (86) sudah sejak pagi berada di lokasi penyelenggaraan Hoyak Tabuik untuk memungut sampah botol plastik.
“Sejak pagi kami di sini, sudah tiga kantong plastik besar sampah plastik atau botol plastik yang kami pungut,” ungkap Aminah kepada SumbarKita, Minggu (14/8/2022).
Aminah amat bersyukur dengan keramaian yang terjadi saat Puncak Hoyak Tabuik berlangsung. Sebab dia dan saudaranya bisa mendapatkan rezeki lebih daripada hari-hari biasa.
Kedua nenek itu punya peran masing-masing. Satu orang menyisir keramaian untuk memungut sampah plastik, sementara satunya lagi bertugas membawa karung untuk menampung sampah plastik.
Dua nenek itu tampak penuh semangat memunguti sisa sampah di sepanjang kawasan penyelenggaraan Puncak Hoyak Tabuik. Mereka menjelaskan uang hasil memulung akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk jajan cucu-cucu kesayangan mereka.
“Dapat saja untuk makan sudah syukur. Kalau ada lebih beli kue (jajan) untuk cucu saya,” jelas Aminah.
Tidak hanya dua nenek itu, di lokasi penyelenggaraan Hoyak Tabuik itu juga tampak pemulung lain, seperti Dawan (51). Ia mengaku amat sangat senang dengan keramaian pengunjung ke Pariaman saat Tabuik berlangsung.
“Setiap acara Tabuik saya pasti datang ke sini,” ucap pemulung yang memiliki lima orang anak ini.
Dawan yang merupakan warga Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman ini juga turur mengajak anaknya yang sudah remaja untuk memulung sampah di lokasi penyelenggaraan Hoyak Tabuik.
“Anak saya ini sudah berhenti sekolah, tidak ada uang untuk biaya sekolahnya,” ujar Dawan.
Dawan memungut sampah mengunakan gerobak kayu yang telah dimodifikasi sedemikian rupa. Namun, karena jalur ke Pantai Gandoriah macet dan ditutup, ia terpaksa meninggalkan gerobaknya di dekat Pasar Pariaman.
“Biasanya sampah yang saya dapatkan saat Tabuik berlipat-lipat. Pas dijual juga hasilnya lebih daripada hari biasa,” katanya.
Editor: RF Asril