Sumbarkita – Meski sempat diguyur hujan deras disertai angin kencang, puncak Festival Tabuik Pariaman 2025 tetap berlangsung meriah dan menyedot perhatian ribuan warga serta wisatawan lokal, Minggu (6/7). Tradisi budaya tahunan ini tetap digelar penuh khidmat.
Sejak subuh, masyarakat mulai memadati kawasan Simpang Tabuik Pasa untuk menyaksikan salah satu prosesi utama, yaitu Tabuik Naik Pangkek, yang menandai kesiapan fisik Tabuik untuk diarak hingga ke Pantai Gandoriah.
Prosesi ini dimulai sekitar pukul 06.40 WIB. Dua bagian utama tabuik—pangkek ateh (bagian atas) dan pangkek bawah disatukan dengan pemasangan ornamen khas seperti Burung Tabuik, Bungo Salapan, dan Bungo Puncak. Sekitar pukul 08.20 WIB, Tabuik setinggi 13 meter itu pun berhasil berdiri tegak dan siap diarak dalam prosesi Hoyak Tabuik.
Namun, cuaca sempat memburuk. Hujan deras disertai angin kencang mengguyur kawasan Pantai Gandoriah, lokasi utama pembuangan tabuik ke laut.
Meski demikian, prosesi tetap berlanjut. Para Tuo Tabuik memastikan bahwa tradisi ini tidak akan berhenti. Salah satu Tuo Tabuik Pasa, Zulbahri, menegaskan bahwa hujan justru memperkuat suasana spiritual dan emosional dari peringatan ini.
“Tabuik itu bukan soal cuaca bagus atau tidak. Ini tradisi turun-temurun yang harus tetap dilaksanakan. Hujan bukan penghalang, bahkan menambah kekhidmatan,” ujarnya.
Setelah hujan mulai reda, massa kembali memenuhi area pantai untuk menyaksikan prosesi puncak, yakni saat dua tabuik dari Pasa dan Subarang diarak dan akhirnya dibuang ke laut sebagai simbol pengantaran arwah Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW, ke surga.
Festival Tabuik merupakan agenda budaya tahunan yang digelar setiap 10 Muharram oleh masyarakat Piaman sebagai bentuk penghormatan terhadap peristiwa tragedi Karbala.
Tidak hanya masyarakat lokal, banyak perantau dari luar Sumatera Barat juga turut hadir, menjadikan acara ini sebagai momentum silaturahmi sekaligus wisata budaya.