Sumbarkita – Pemerintah Kota (Pemko) Padang melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menggelar bimbingan teknis pengelolaan sampah organik melalui pemanfaatan maggot di Rumah Maggot, Komplek Bukit Belimbing Indah, Kuranji, Kota Padang, Rabu (3/10).
Dalam hal ini, Pemko Padang berkolaborasi dengan Universitas Andalas untuk mendorong peran masyarakat dalam mengelola sampah organik berbasis sirkular ekonomi.
Rangkaian kegiatan dimulai dengan bimbingan teknis budidaya magot dengan narasumber Dr. Resti Rahayu, dosen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unand.
Dalam pemaparannya, ia mengatakan latar belakang diadakannya kegiatan ini adalah semakin kompleksnya permasalahan sampah di Kota Padang.
“Sebagai akademisi, saya merasa terpanggil untuk ikut mencari solusi pengelolaan sampah. Sampah adalah masalah yang tidak pernah selesai, dan mengatasinya tidak bisa dilakukan sendiri,” jelasnya.
Selama ini, sambungnya, sudah ada beberapa metode pengelolaan sampah yang dikenal masyarakat, seperti kompos dan ekoenzim. Maggot dipilih karena dinilai lebih efektif dan menghasilkan nilai ekonomi.
“Selain menghasilkan pupuk, juga bisa menjadi pakan ternak. Pengolahan sampah dengan pupuk kompos memerlukan waktu yang lama, sementara maggot lebih cepat dan efisien,” tutur dia.
Melalui bimbingan teknis kali ini, pihaknya berharap masyarakat dapat mulai mengelola sampah organik mereka sendiri di rumah dengan maggot.
“Cukup dengan menggunakan dua baskom berukuran 4×60 cm di rumah, sudah bisa mengelola sampah dari 5-7 orang,” tambahnya.
Bibit maggot bisa diambil secara gratis di Rumah Maggot untuk pemberdayaan masyarakat.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Padang yang diwakili Penyuluh Lingkungan Hidup Rika Yusniadha menyampaikan apresiasinya terhadap pengabdian masyarakat Unand ini.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Unand atas inisiatif kegiatan ini. Kegiatan ini membantu kami dalam pengelolaan sampah,” ujarnya.
Dengan adanya pengelolaan sampah secara mandiri, volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat berkurang.
“Jadi harapannya hanya sampah yang benar-benar tidak bisa diolah yang akan dibuang ke TPA,” jelasnya