Sumbarkita – Tiga tradisi dan budaya lokal di Kota Padang diajukan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) tahun 2025. Adapun tiga tradisi dan budaya yang diusulkan yakni Sipasan, Anyang Rawan, Silek Pauh.
Dari tiga tradisi itu, salah satunya merupakan makanan yakni Anyang Rawan. Untuk beberapa orang mungkin makanan ini terdengar sedikit asing. Maka dari itu, yuk mengenal secara singkat makanan Anyang Rawan khas dari Seberang Padang.
Anyang Rawan adalah makanan khas dari daerah Seberang Padang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang. Hidangan ini terkenal sebagai makanan tradisional yang hanya tersedia pada bulan Ramadan, menjadikannya populer sebagai menu berbuka puasa di kawasan tersebut.
Anyang Rawan terbuat dari bahan utama bagian kepala sapi, seperti tulang rawan, bibir, telinga, dan lidah, yang direbus hingga empuk. Selanjutnya, bahan ini dicampur dengan bumbu khas berupa parutan kelapa, cabai merah yang digiling, garam, serta diberi perasan jeruk nipis untuk memberikan rasa segar.
Proses pembuatan membutuhkan waktu, terutama untuk merebus tulang rawan hingga empuk, yang bisa memakan waktu hingga lima jam. Hidangan ini biasanya dinikmati sebagai lauk pendamping nasi atau sebagai camilan.
Meskipun diminati, ketersediaan bahan seperti tulang rawan sering menjadi kendala, terutama karena bergantung pada jumlah penyembelihan sapi yang dilakukan. Anyang Rawan juga memiliki nilai tradisional, sering kali dibuat sebagai usaha keluarga yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dengan harga yang terjangkau, Anyang Rawan menjadi incaran banyak orang di pasar-pasar Ramadan di daerah Seberang Padang, namun sulit ditemukan pada hari-hari biasa.
Hidangan ini mencerminkan kekayaan tradisi kuliner Minangkabau yang mengedepankan cita rasa dan teknik pengolahan bahan lokal.