Sumbarkita — Peri Ariyandi, mahasiswa Universitas Dharmas Indonesia (Undhari), meninggal dunia di RSUD Sungai Dareh, Dharmasraya. Pihak Undhari menyebut hal itu terjadi karena RSUD tersebut lamban menangani pasien.
Wakil Rektor III Undhari Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Humas, Amar Salahuddin, mengatakan bahwa kecelakaan terjadi pada Senin (5/5) pukul 03.00 WIB, di depan Kampus Undhari, Jalan Lintas Sumatera km 18, Jorong Sungai Lomak, Nagari Koto Padang, Kecamatan Koto Baru. Ia menceritakan bahwa Peri bersama rekannya, Al Huda, mengendarai sepeda motor Honda Beat untuk membeli makanan ke warung nasi. Kemudian, kata Amar, dari arah Padang datang mobil minibus Daihatsu yang membawa ikan, lalu menabrak motor mahasiswa tersebut.
“Sopir mobil tersebut membawa kedua korban ke Puskesmas Blok B Sitiung I pada pukul 03.30 WIB dan mendapat penanganan awal, termasuk pemasangan perban dan pemberian infus. Selanjutnya, keduanya dirujuk ke RSUD Sungai Dareh dan tiba sekitar pukul 05.00 WIB,” ujar Amar.
Amar mengatakan bahwa kondisi Peri sangat kritis, seperti pendarahan hebat dan kehilangan banyak darah, luka robek terbuka pada tulang paha kanan, dan patah tulang pada lengan kanan. Sementara itu, kata Amar, Al Huda mengalami luka robek di pelipis, dagu, dan kepala.
“Peri mengalami pendarahan hebat dan kehilangan banyak darah. Seharusnya dia mendapatkan transfusi darah dari RSUD, tetapi RSUD tidak memberikannya. Ini yang kami sesalkan,” ujar Amar.
Selain itu, kata Amar, pihaknya menyesalkan lambannya RSUD merujuk Peri ke Padang. Ia menjelaskan bahwa sejak pukul 08.45 WIB semua administrasi pasien telah dinyatakan lengkap untuk dirujuk ke rumah sakit di Padang. Namun, hingga pukul 12.00 WIB, kata Amar, tidak ada kepastian rujukan dari pihak RSUD. Salah satu alasan yang disampaikan RSUD, kata Amar, ialah belum adanya tanggapan dari rumah sakit tujuan melalui WhatsApp.
“Hal yang sangat kami sesalkan, di tengah situasi darurat ini, terdapat pernyataan dari pegawai administrasi RSUD yang menyatakan, ‘Baa kok dak apak sajo langsung maantaan ka Padang? Pernyataan tersebut sangat tidak pantas dan mencerminkan minimnya empati di tengah kondisi kritis pasien. Kalimat seperti itu tidak menujukkan empati kepada korban kecelakaan. Peri akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 12.15 WIB sebelum dioperasi,” tutur Amar.
Amar juga menyesalkan lambatnya penanganan medis terhadap Al Huda. Ia menerangkan bahwa Al Huda baru masuk ke ruang penanganan di RSUD sekitar pukul 10.00 WIB. Berdasarkan informasi awal yang ia terima, korban akan menjalani operasi pukul 11.00 WIB. Namun, katanya, operasi ditunda ke pukul 12.00 WIB, kemudian ditunda ke pukul 13.00, dan ditunda lke pukul 14.00 WIB.
“Korban baru masuk ruang operasi pukul 14.20 WIB. Kata dokter, kalau korban terlambat dioperasi, korban bisa menjadi buta karena pelipis matanya luka parah,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Sungai Dareh, Vita, tidak menjawab panggilan telepon saat dihubungi dan tidak membalas pesan WhatsApp ketika diminta tanggapannya terhadap tudingan Undhari tersebut.