Sumbarkita – Ada banyak simbol makna budaya rumah gadang yang memberi daya pikir bagaimana menciptakan kesejahteraan dalam hidup, berkeluarga dan bermasyarakat di Ranah Minang.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua DPRD Sumbar, Supardi dalam keterangannya baru-baru ini, dikutip Senin (12/8).
Menurut Supardi, adanya rangkiang di rumah gadang memberikan simbol penyimpanan hasil panen, untuk kebutuhan keluarga, kaum dan nagari bagaimana hidup itu bermasyarakat.
“Keberadaan rangkiang telah mewaspadai kita untuk tidak terjadinya kelaparan di kemudian hari. Sebab, dalam rangkiang si tanggung lapa telah disiapkan cadangan padi,” ujar Supardi.
Ditambahkannya, pembenihan untuk ditanam setelah panen juga telah disiapkan dengan adanya rangkiang kaciak.
“Nah, sekarang sebetulnya menurut filosofinya di negeri kita ini tidak mengenal yang namanya gizi buruk, kelaparan, pinjam sini pinjam sana (ngutang) dan lain sebagainya. Kelihatanya makna rangkiang tidak lagi menjiwai dan dijiwai oleh masyarakat kita hari ini,” ungkap Supardi.
Selain itu, lanjutnya, di halaman rumah gadang itu juga ada halaman luas, ada kolam dan pohon beringin besar, surau tempat mengaji, yang juga memiliki makna dan isyarat filosofis yang dalam.
“Jika semua orang Minang kembali memakai filosofi rumah gadang, tentunya berbagai kondisi sosial yang mencemaskan kita saat ini tidaklah akan menjadi sulit mencari solusi,” jelasnya.
Dia menambahkan, misalnya di Kota Payakumbuh saat ini persoalan sosial yang amat kritis adalah tingkat pengangguran, kemiskinan, perceraian, penyalahgunaan narkoba, dan kenakalan remaja.
“Pemicu yang paling tinggi mempengaruhi kondisi sosial masyarakat Payakumbuh adalah tingginya tingkat pengangguran,” tuturnya.
Supardi berharap ada upaya nyata mengembangkan potensi sumber daya manusia secara berkelanjutan, seperti lewat Bimtek, penyuluhan sosial dan pelatihan skill yang diminati.
“Sehingga aktifitas kreativitas masyarakat akan tumbuh melahirkan produk dan lapangan kerja sendiri,” pungkasnya.