Sumbarkita – Sosok mendiang Nia Kurnia Sari, gadis penjaja gorengan di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat rupanya dikenal sebagai pejuang keluarga dan pekerja keras. Bahkan saat bersekolah di Institut National Safi’i (INS) Kayu Tanam, Nia tidak malu membuka lapak untuk berjualan gorengan di sekolah.
Diketahui, gadis 18 tahun asal Korong Pasar Surau, Nagari Guguak, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman itu, dilaporkan hilang pada Jumat (6/9). Sehari setelahnya, tepatnya Minggu sore dia ditemukan tewas terkubur tanpa busana di perkebunan kawasan setempat. Dia diyakini menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan saat menjajakan gorengan keliling kampung dengan jalan kaki.
Kematian Nia jelas masih menyisakan haru menyisakan haru di sekolahnya. Bagi para guru dan siswa di INS masih hangat ingatan mereka saat mengenang almarhum. Betapa tidak, jejak keberadaan Nia di sekolah itu terbilang masih jelas lantaran ia baru saja tamat sekolah pada tahun ini.
Nia dikenal sebagai pribadi yang supel, periang dan tidak pernah gengsi dengan kondisi yang dialaminya.
Guru-guru, sahabat dan adik kelas Nia menjadi saksi bagaimana Nia berjualan ke sekolah dan tak malu-malu buka lapak jualan gorengan di sekolah.
Guru Bahasa Indonesia almarhum Nia bernama Yulismar membeberkan, terkadang Nia terlambat datang sekolah lantaran kehabisan minyak sepeda motor. Kadang kala harus terlambat lantaran gorengannya dibeli oleh warga.
“Nia itu kalau sekolah bawa gorengan untuk dijual. Kami guru-guru dan siswa lainnya yang beli,” kata Yulismar kepada Sumbarkita, Rabu (11/9).
Dijelaskannya juga, selain bawa baki berisi gorengan, Nia sering juga buka lapak menggunakan meja untuk jual gorengan.