Sumbarkita – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa kelas menengah di Indonesia makin rentan selama 10 tahun terakhir. Hal itu tercermin dari modus pengeluaran penduduk kelas menengah yang cenderung lebih dekat ke batas bawah pengelompokan dan semakin mendekati batas bawahnya.
Selain modus pengeluaran, BPS juga mencatat selama lima tahun terakhir jumlah kelas menengah terus turun diiringi oleh jumlah masyarakat rentan miskin yang naik. Pergeseran ini mengindikasikan turunnya banyak kelas menengah ke level ekonomi yang lebih rendah.
Ekonom senior sekaligus mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan penyebab kelas menengah di Indonesia banyak jatuh miskin. Dia menduga hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang dimulai dengan pandemi Covid-19.
“Penyebabnya itu variatif. Karena kan kita lihat datanya dari 2019 ke 2023. Jadi penyebab pertama adalah Covid,” kata Bambang dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat, (30/8/2024).
Bambang mengatakan selama Covid-19, banyak kelas menengah kehilangan pekerjaan. Sebagian lainnya, kata dia, mengalami kebangkrutan bisnis.
Setelah pandemi mereda masyarakat kembali dihantam problem lainnya seperti tingkat suku bunga yang tinggi. Kenaikan suku bunga itu, kata dia, mau tak mau turut mempengaruhi perekonomian.
“Jadi saya melihatnya kombinasi yang dimulai dari Covid, kemudian diperpanjang dengan tingkat bunga tinggi, nilai tukar melemah, apa-apa jadi mahal,” kata dia.
Penyelamatan Kelas Menengah
Sementara itu, BPS mengingatkan program penguatan daya beli seharusnya tidak hanya dilakukan terhadap kelompok miskin. BPS menyebut program serupa sebaiknya juga diarahkan untuk memperkuat daya beli kelas menengah dan calon kelas menengah (AMC).