Sumbarkita – Marawa adalah bendera tradisional Sumatera Barat (Sumbar) yang punya filosofi menarik dalam budaya Minangkabau. Bendera ini sering kita lihat dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan, pengangkatan penghulu, dan berbagai acara adat lainnya.
Sekilas, marawa mungkin terlihat seperti bendera biasa dengan susunan 3 warna, yaitu merah, kuning, dan hitam, tapi di balik itu tersimpan makna yang mendalam.
Berikut ulasan tentang makna dan filosofi dalam budaya Minangkabau yang dirangkum dari berbagai sumber:
Tri Warna Marawa dan Perbedaan Susunan Warnanya
Seperti yang kita tau, marawa terdiri dari 3 warna yang disusun secara vertikal atau tegak, yakni merah, kuning, dan hitam.
Ketiga warna ini mewakili 3 luhak (wilayah adat) utama yang ada di Minangkabau, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak 50 Kota. Meski terlihat sama, susunan warna marawa bisa berbeda tergantung luhak yang diwakili.
Pertama, ada warna kuning, mewakili Luhak Tanah Datar yang dikenal sebagai luhak nan tuo, atau wilayah tertua di Minangkabau.
Warna kuning dalam marawa melambangkan daerah Tanah Datar yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Susunan warna luhak Tanah Datar: hitam di pangkal tiang, merah di tengah, dan kuning di bagian pinggir.
Lalu, warna merah mewakili Luhak Agam yang melambangkan jiwa kepemimpinan dan keberanian masyarakat Luhak Agam dalam menghadapi tantangan hidup. Susunan warna Luhak Agam: hitam di pangkal tiang, kuning di tengah, dan merah di bagian pinggir.