PADANG, SUMBARKITA.ID – Masyarakat Sumatera Barat dikagetkan dengan 3 kali gempa diatas 5 SR yang berasal dari Megatrusth Mentawai, Senin (29/8/2022) pagi. Hal ini membuktikan patahan Megatrusht di Mentawai ini tidak tidur, dan sewaktu-waktu bisa mengeluarkan kekuatan gempa 8,9 SR seperti yang diprediksi oleh para ahli.
BMKG pun memperingatkan masyarakat akan bahanaya ancaman dari patahaman Mentawai tersebut. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan atas bencana alam tersebut. Apalagi, pusat gempa berada di lokasi yang sama.
SUMBARKITA.ID pun meninjau shelter evakuasi Tsunami di kawasan Ulak Karang, Kota Padang. Terlihat 3 akses untuk menaiki tangga terkunci. Walaupun pintu menuju shelter terbuka
Disamping itu, tidak ada juga terlihat penjaga shelter yang stand by dilokasi.
Laras, salah satu warga sekitar mengatakan shelter ini kerap kosong. Penjaga shelter juga tidak selalu berada di tempat.
“Penjaga shelter jarang ditempat. Hal ini sangat disayangkan karena gempa dan tsunami tidak bisa diprediksi kapan datangnya,” kata Laras.
Disebutkannya, pintu masuk menuju shelter memang dibiarkan terbuka. Hanya saja 3 akses untuk menaiki tangga dikunci. Masyarakat akan susah menaiki tangga, jika Tsunami memang benar melanda Kota Padang.
“Kalau pintu untuk naik pagarnya dikunci, sama saja bohong. Nanti kalau ada Tsunami, kemudian warga datang ke shelter. Tetap saja terjebak di bawah. Tidak bisa naik,” katanya lagi.
Acang, warga sekitar yang lain mengatakan keberadaan Shelter bagi warga masih asing. Mengingat tidak ada sosialisasi yang disampaikan oleh pemerintah.
“Tahunya cuma ada bangunan kosong bertingkat. Cuma tidak diberi tahu ini bangunan fungsinya untuk apa. Sosialisasi dari pemerintah sangat kurang,” kata Acang.
Disampaikannya, keputusan untuk mengunci shelter memang sebuah hal yang wajar. Guna mencegah penggunaan bangunan oleh orang yang salah.
Namun, diharapkan penjaga shelter terus stand by dan berada di tempat. Hal ini sangat penting jika gempa dan tsunami memang benar melanda Kota Padang nantinya. (*)
Editor : Hajrafiv Satya Nugraha