PADANG PARIAMAN, SUMBARKITA – Women’s Crisis Center (WCC) Nurani Perempuan Sumbar mencemaskan nasib bocah kelas IV SD yang menjadi korban pencabulan salah seorang oknum guru di sekolah swasta di Padang Pariaman.
Pasalnya, usai mendapatkan kekerasan seksual dari wali kelasnya, korban dan keluarga juga mendapatkan perundungan dari warga dan lingkungan sekolah. Tak tahan dengan rasa malu, pihak keluarga memilih pindah domisili ke Kota Padang.
Direktur Nurani Perempuan, Rahmi Meri Yenti mengatakan dalam kasus ini yang patut disalahkan adalah pelaku. Ia mengaku amat prihatin dengan perlakuan yang diterima korban. Bocah SD itu saat ini tak hanya luka secara fisik, tapi juga psikologis.
“Belum tentu juga di tempat yang baru korban tidak di-bully. Menurut kami persoalan ini bukan soal memindahkan korban, namun bagaimana pihak sekolah dan warga setempat mempunyai rasa empati pada korban dan keluarga,” ungkap Meri, Selasa (20/9/2022).
Dalam kejadian ini, kata Meri, korban dan keluarga sangat membutuhkan dukungan sosial. Jika dukungan sosial dari warga dan lingkungan itu berjalan dengan baik, maka anak itu tidak perlu pindah sekolah.
“Kami jadi curiga juga, kenapa akses untuk pendampingan terhadap korban tidak terbuka. Ada apa sehingga keluarga korban tidak mau didampingi,” kata Meri.
Menurutnya, hal yang harus menjadi perhatian semua pihak adalah soal penanganan komprehensif, pendampingan secara maksimal terhadap korban dan keluarga.
“Secara psikologi dan sosial korban harus didampingi. Bahkan secara medis korban harus diperhatikan. Bagaimana jika saat dilecehkan (perkosa) ternyata korban tertular penyakit kelamin. Nah, ini perlu penanganan medis,” jelasnya.