PADANG, SUMBARKITA.ID – Para nelayan Kota Padang yang menggantungkan hidupnya di perairan Samudera Hindia merasa kian terpuruk dengan situasi dan kondisi hari ini.
Selain dihadapkan dengan kondisi laut yang kerap dilanda badai beberapa minggu terakhir, sekarang dihadapkan dengan harga BBM (khususnya Solar-red) yang naik.
“Belum lagi kelar urusan badai di laut, sekarang harga Solar yang naik. Makin terpuruk lah kami para nelayan,” ucap Rafki, salah seorang nelayan dari kelompok Purus Mandiri, Kota Padang kepada SUMBARKITA.ID, Senin (5/9/2022).
Dikatakannya, kondisi para nelayan hari ini serba susah. Dimana saat laut dilanda badai, nelayan hanya berani menangkap ikan di tepi laut. Akan beresiko jika nekat untuk berada di tengah laut.
“Hujan badai seperti ini hanya berani di tepi-tepi saja. Beresiko sekali jika ketengah. Jadi hasil yang didapat di tepi tahu lah, tidak seberapa. Untuk makan saja susah. Sekarang malah harga BBM dinaikkan,” katanya.
Selain itu, makin banyaknya kapal besar yang mengambil ikan hingga ke tepi pesisir pantai menjadi persoalan tambahan bagi para nelayan. Persaingan antara nelayan tradisional dan modern kian kental di pesisir pantai Padang.
“Persoalan kami (nelayan-red) ini sudah sangat komplit. Badai, kapal besar sampai BBM naik. Ujung-ujungnya kami para nelayan kecil dan tradisional akan mati sendirinya,” katanya.
Ia juga mengatakan apabila nelayan tradisional melaut akan membawa minimal satu dirijen solar yang isinya sekitar 35 liter. Satu dirijen tersebut diperkirakan menghabiskan uang sekitar Rp 600 ribu.
Dengan kondisi hari ini, nelayan tradisional hanya bisa membawa pulang ikan satu hingga dua ember. Dimana satu ember bisa laku sekitar Rp 240 ribu. Dengan kenaikan harga solar hari ini, Rafki menyebutkan akan semakin malas para nelayan untuk mau melaut.
“Sekarang harga solar naik. Jika seperti ini terus, yang ada tiap melaut para nelayan malah buntung. Bukan dapat untung,” ucapnya lagi.
Atas kondisi ini, Rafki dan nelayan di pesisir pantai Kota Padang berharap pemerintah lebih arif dan bijaksana dalam mengentaskan persoalan nelayan.
“Kami berharap pemerintah memikirkan nasib kami para nelayan tradisional ini. Tolong dipikirkan nasib kami. Sudahlah cuaca tak menentu, kapal besar nangkap ikan sampai tepi pantai, sekarang harga solar malah naik . Ini berat bagi kami,” tutupnya. (*)
Editor : Hajrafiv Satya Nugraha
