“Selain sulitnya BBM, nelayan di desa Pariaman juga menjadi korban monopoli perdagangan,” kata Ismet.
Dijelaskannya, ikan-ikan dari kawasan Riau atau Sibolga masuk berton-ton ke Kota Pariaman melalui jalur Bukittinggi.
“Mereka banting harga dengan kualitas ikan yang buruk. Sehingga berdampak kepada harga jual ikan di Pariaman sangat murah,” katanya.
Perihal itu membuat kerja keras menangkap ikan tidak sebanding dengan hasil penjualan.
“Tambah lagi cuaca yang buruk yang sewaktu-waktu dapat menelan korban jiwa sudah banyak yang terjadi hal demikian,” katanya.
Perihal monopoli perdagangan itu, kata Kades Taluak, telah dibicarakannya dengan dinas terkait namun pihak dinas hanya mengatakan itu persoalan persaingan dagang, mereka tidak bisa ikut campur.
Saat ini ratusan kepala keluarga di desa Taluak hanya bisa pasrah menanti suatu keajaiban datang sehingga mereka bisa dengan tenang mendayung biduk kembali untuk menghidupi keluarga